Senin, 12 Desember 2011

Tuhan Maha Baik


Tuhan yang Maha baik memberi kita ikan , tetapi kita harus mengail untuk mendapatkannya .
Demikian juga Jika kamu terus menunggu waktu yang tepat, mungkin kamu tidak akan pernah mulai.

Mulailah sekarang...
mulailah di mana kamu berada sekarang dengan apa adanya.
Jangan pernah pikirkan kenapa kita memilih seseorang untuk dicintai ,
tapi sadarilah bahwa cintalah yang memilih kita untuk mencintainya.

Perkawinan memang memiliki banyak kesusahan, tetapi kehidupan lajang tidak memiliki kesenangan .
Buka mata kamu lebar-lebar sebelum menikah, dan biarkan mata kamu setengah terpejam sesudahnya .
Menikahi wanita atau pria karena kecantikannya atau ketampanannya sama seperti membeli rumah karena lapisan catnya.
Harta milik yang paling berharga bagi seorang pria di dunia ini adalah....
hati seorang wanita ..

Begitu juga Persahabatan, persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga
Persahabatan sejati layaknya kesehatan, nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya .
Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu didalam hatimu dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya .
Sahabat adalah tangan Tuhan untuk menjaga Kita.

Rasa hormat tidak selalu membawa kepada persahabatan, tapi Jangan pernah menyesal untuk bertemu dengan orang lain...
tapi menyesal-lah jika orang itu menyesal bertemu dengan kamu.
Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran.
Dialah hiasan dikala kamu senang dan perisai diwaktu kamu susah .

Namun kamu tidak akan pernah memiliki seorang teman , jika kamu mengharapkan seseorang tanpa kesalahan.
Karena semua manusia itu baik kalau kamu bisa melihat kebaikannya
dan menyenangkan kalau kamu bisa melihat keunikannya
tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan kalau kamu tidak bisa melihat keduanya.

Begitu juga Bijaksana, Bijaksana itu seperti cairan ,
kegunaannya terletak pada penerapan yang benar,
orang pintar bisa gagal karena ia memikirkan terlalu banyak hal,
sedangkan orang bodoh sering kali berhasil dengan melakukan tindakan tepat.

Dan Bijaksana sejati tidak datang dari pikiran kita saja ,
tetapi juga berdasarkan pada perasaan dan fakta.
Tak seorang pun sempurna.
Mereka yang mau belajar dari kesalahan adalah bijak.

Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa mereka benar meskipun terbukti salah.
Apa yang berada di belakang kita dan apa yang berada di depan kita
adalah perkara kecil berbanding dengan apa yang berada di dalam kita.

Kamu tak bisa mengubah masa lalu....
tetapi dapat menghancurkan masa kini dengan mengkhawatirkan masa depan .

Bila Kamu mengisi hati kamu ......
dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan,
Kamu tak memiliki hari ini untuk kamu syukuri .
Jika kamu berpikir tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan
dan hari esok tanpa rasa takut,
berarti kamu sudah berada dijalan yang benar menuju sukses .

Senin, 11 April 2011

pena fajar yang lepas dari makna

kucoba memulai mencari secarik kertas yg berisi coretan tentang alunan nada dalam nadi ku, berkisah tentang akrabnya tarzan dengan rimbanya, bernuansa segar seperti fajar yang menyirami kembang dipagi hari. terlalu remang untuk mencarinya memang, karena sekarang masihlah terlalu petang langit di luar rumah. tapi memang sangatlah butuh diriku dengan kertas-kertas tersebut. kertas-kertas yang kala itu sempat tercecer karena lupa tak terurus dengan baik, lupa belum terjilid layaknya diktat kuliah para mahasiswa, sehingga memang terlalu bebas kertas-kertas itu untuk kluyuran malam hanya untuk mencari segarnya angin malam.
cukuplah bagiku untuk membiarkan kertas-kertas itu untuk lekang dari tatapan mata jiwaku. mata jiwa yang mulai rabun karena telah lama tidak membaca kertas-kertas itu. aneh memang, kalau rabun mata karena lama tidak membaca. yang ada dalam hidup biasanya rabun karena sering membaca yang "terlalu". inilah duduk pertanyaan diriku kenapa kertas-kertas itu sangat berarti buat diriku. pandangan mata jiwa yang semakin samar dengan tanda-tanda kekuasaan Nya. tatapan lensa mata yang kurang tajam dengan nafas-nafas cinta yang terlimpahkan olehNYA. hanya sisa-sisa kertas buram yang masih ada dalam kantong tas rangsel ku. yang tiap hari selalu ku bawa dalam keramaian pasar di kota ini. tak ada tanda dan penanda dalam kertas tersebut yang ada hanya catatan bon utang-piutang dan sebuat catatan kecil di pojok kanan bawah yang ketika dibaca berbunyi "silakan kembali ke halaman sebelumnya untuk lebih jelasnya", sedangkan halaman sebelumnya adalah kertas-kertas atau halaman-halaman yang tercecer entah kemana. pencarian terus melaju seakan kisah burung "kunthul" yang bermigrasi mencari tempat yang melimpah sumber makanan atau mencari tempat yang lebih aman dari pemangsanya.
kini benak mulai berani mengingat dimana letak kertas-kertas terakhir masih ada. kertas-kertas itu sepertinya kini memang sudah tidak ada. kalaupun dibilang ada mungkin berada pada tempat yang sangat jauh. mungkin sudah digunakan pedagang untuk membungkus pisang goreng atau cabe dan bawang merah yang dijualnya. lantas bagaimana dengan matajiwa ini, kertas-kertas sangat berarti buat mata ini. kenapa otak dan hati ini tidak mencoba untuk mengingat isinya, kenapa hanya mencari dan mencari kertas-kertas itu yang kini keberadaanya entah kemana. mungkin dengan mengingat tulisannya dan nanti memahatnya di batuan jiwa ini, yang ada bukan lagi mata jiwa yang rabun. tetapi jiwa-jiwa yang sangat keras ini menjadi lebih lunak dan cair. dan pahatan-pahatan itu akan menjadi ayat-ayat seperti pada kitab suci, yang senantiasa dibacanya disetiap selesai beribadah dan yang susah akan tercecer lagi seperti yang lalu.

oleh : hp

Senin, 21 Maret 2011

Menelisik Benak Manusia Terhadap Alam


Menelisik Benak Manusia Terhadap Alam
Dewasa ini semakin bertambahnya detik waktu semakin bertambah juga populasi manusia di bumi. hal ini berimplikasi dengan bertambahnya juga daya konsumsi dan eksploitasi terhadap sumberdaya alam di bumi. krisis lingkungan yang kita alami saat ini tidak lepas dari perilaku konsumtif dan eksploitatif manusia. pola fikir yang mengedepankan eksistensi manusia yang dilandasi faham antoposentrisme merupakan manifestasi manusia terhadap kerusakan alam.
Cara pandang manusia yang menyatakan bahwa hanya manusia yang mempunyai nilai, manusia yang menjadi pusat alam semesta, sementara alam semesta hanya objek untuk memuaskan keinginan manusia. hal ini adalah kesalahan cara pandang yang bersumber dari etika antroposentrinme.
Dengan kondisi tersebut, soni keraf menyatakan dalam bukunya yang berjudul etika lingkungan bahwasannya perlunya suatu etika yang tidak hanya mengedepankan manusia. etika yang menjunjung tinggi nilai interaksi antar manusia, interaksi manusia dengan alam serta etika bagaimana menumbuhkan suatu prinsip yang membangun kebaikan alam sebagai oase kehidupan manusia. dengan etika ini, alam tidak sekedar bernilai intrumental-ekonomis untuk dieksploitasi untuk kepentingan manusia.
Cebuah khazanah filosofis menawarkan pilihan terhadap cara beretika kepada alam. misalnya biosentrisme yang mengakui eksistensi moral semua makluk hidup, scientientisme yang menyatakan semua makluk hidup itu mempunyai perasaan, dan ekosentrisme yang memandang ekosistem-ekosistem dan biosfer mempunyai arti moral yang tidak tergantung kepada arti para anggotanya.
Etika lingkungan di sini dimasukan dalam sebuah disiplin ilmu dan sekaligus tatakelola hidup yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia serta prinsip manusia yang menjiwai perilaku manusia dalam menjalin hubungan dengan alam semesta ini.
Keberhasilan etika lingkungan melestarikan fungsi lingkungan hidup dan sumber daya yang terkandung di dalamnya tidak cukup bergantung pada perubahan perilaku individu, tetapi juga harus ada pengaturan sistem sosial dan politik yang berwawasan lingkungan. Oleh karena itu, Keraf mencoba merumuskan sembilan prinsip etika lingkungan sebagai dasar pengembangan lebih lanjut dalam kaitannya kehidupan berbangsa dan bernegara serta hubungan antarbangsa (globalisasi).
Pertama, sikap hormat terhadap alam. Manusia sebagai anggota komunitas ekologis harus menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan spesies dalam komunitas ekologis tersebut. Perwujudan nyatanya, manusia perlu memelihara, merawat, menjaga, melindungi, dan melestarikan alam beserta seluruh isinya. Kedua, prinsip tanggung jawab. Manusia dituntut untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan segala isinya. Berarti, kelestarian dan kerusakan alam merupakan tanggung jawab bersama seluruh umat manusia.
Ketiga, solidaritas kosmis. Prinsip ini membangkitkan rasa sepenanggungan dan mendorong manusia untuk tidak merusak dan mencemari alam, seperti halnya tidak akan merusak kehidupannya sendiri. Prinsip ini berfungsi mengontrol perilaku manusia dalam batas-batas keseimbangan kosmis.
Keempat, prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam. Prinsip ini menghapus sifat diskriminasi dan dominasi manusia terhadap makhluk lainnya. Kasih sayang dan kepedulian menyadarkan bahwa semua makhluk hidup di alam ini mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat. Kelima, prinsip ”No Harm”. Prinsip ini menjadi dasar perilaku manusia untuk tidak melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk hidup lain, sebagaimana manusia tidak dibenarkan secara moral untuk melakukan tindakan-tindakan yang merugikan sesama manusia.
Keenam, prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam. Prinsip ini melandasi pola hidup baru, menggantikan pola hidup yang materialistis, konsumtif, dan eksploitatif. Ketujuh, prinsip keadilan. Prinsip ini memasuki wilayah politik ekologi, di mana pemerintah dituntut untuk membuka peluang dan akses yang sama bagi semua kelompok masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan publik lingkungan hidup dan dalam memanfaatkan sumber daya alam serta jasa lingkungan.
Kedelapan, prinsip demokrasi. Prinsip ini selaras dengan hakikat alam, yaitu keanekaragaman dan pluralitas. Paradigma pembangunan berkelanjutan hanya mungkin diterima kalau pembangunan dipahami sebagai berdimensi plural. Kesembilan, prinsip integritas moral. Prinsip ini sangat berkaitan dengan integritas moral pejabat publik. Selama pejabat publik tidak mau bertanggung jawab atas kebijakan dan tindakannya yang merugikan lingkungan hidup, lingkungan hidup akan tetap dirugikan.
Gagasan tentang etika lingkungan yang cukup radikal ini sebenarnya sudah disajikan penulis pada buku dengan judul yang sama edisi pertama yang terbit pada 2002. Sejak saat itu buku ini menjadi salah satu referensi penting wacana dan perbincangan ilmiah pendekatan etis terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Sampai saat ini gagasan dalam buku ini masih sangat relevan karena dengan instrumen teknik lingkungan, ekonomi lingkungan, dan politik lingkungan belum juga mampu menyelesaikan krisis lingkungan. Apalagi, dalam buku revisi ini selain beberapa revisi teknis juga ditambahkan satu bab baru mengenai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai pengganti UU No 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Selasa, 04 Januari 2011

Jadilah Dirimu, Bukan Orang Lain


"Jangan Menyerah, Jadilah Dirimu. Karena Hidup Terlalu Pendek Untuk Jadi Orang Lain"
Status pada facebook seorang teman yang baru di update kurang lebih tiga jam yang lalu. "do not give up,be your self". terlintas dalam pikiran saya, cukup menarik apabila kalimat ini saya telisik secara sederhana di tengah kesibukan saya dalam melengkapi literature dan pustaka proposal penelitian saya. Kecenderungan manusia dengan apa dan siapa yang ia gandrungi membuat seorang manusia terkadang mengikuti hal tersebut. Memang apa yang ada dalam diri seseorang, terkadang tidak terlihat dan tidak dikembangkan oleh yang punya. Apa yang ada pada orang lain terlihat lebih menawan dan menarik untuk dilakoni. Kalau boleh jujur, ketika saya mengalami hal itu hanya rasa gundah dan risau yang ada dalam benak pribadi. Selalu dan terus untuk ingin seperti orang lain. Ketidaksesuaian pada diri terhadal hal yang kita inginkan dari orang lainlah yang membuat diri ini risau.


Sebuah kisah fiktif dari Andrie Wongso untuk memberikan analogi tidak percaya diri pada diri pribadi. “ Di puncak sebuah mercusuar, tampak lampu mercusuar yang gagah dengan sinarnya menerangi kegelapan malam. Lampu itu menjadi tumpuan perahu para nelayan mencari arah dan petunjuk menuju pulang.

Dari kejauhan, pada sebuah jendela kecil di rumah penjaga mercusuar, sebuah lampu minyak setiap malam melihat dengan perasaan iri ke arah mercusuar. Dia mengeluhkan kondisinya, “Aku hanyalah sebuah lampu minyak yang berada di dalam rumah yang kecil, gelap dan pengap. Sungguh menyedihkan, memalukan, dan tidak terhormat. Sedangkan lampu mercusuar di atas sana, tampak begitu hebat, terang dan perkasa. Ah….Seandainya aku berada di dekat mercusuar itu, pasti hidupku akan lebih berarti, karena akan banyak orang yang melihat kepadaku dan aku pun bisa membantu kapal para nelayan menemukan arah untuk membawanya pulang ke rumah mereka dan keluarganya.”

Suatu ketika, di suatu malam yang pekat, petugas mercusuar membawa lampu minyak untuk menerangi jalan menuju mercusuar. Setibanya di sana, penjaga itu meletakkan lampu minyak di dekat mercusuar dan meninggalkannya di samping lampu mercusuar. Si lampu minyak senang sekali. Impiannya menjadi kenyataan. Akhirnya ia bisa bersanding dengan mercusuar yang gagah. Tetapi, kegembiraannya hanya sesaat. Karena perbandingan cahaya yang tidak seimbang, maka tidak seorang pun yang melihat atau memperhatikan lampu minyak. Bahkan, dari kejauhan si lampu minyak hampir tidak tampak sama sekali karena begitu lemah dan kecil.

Saat itu, lampu itu menyadari satu hal. Ia tahu bahwa untuk menjadikan dirinya berarti, dia harus berada di tempat yang tepat, yakni di dalam sebuah kamar. Entah seberapa kotor, kecil dan pengapnya kamar itu, tetapi di sanalah lebih bermanfaab. Sebab, meski nyalanya tak sebesar mercusuar, lampu kecil itu juga bisa memancarkan sinarnya menerangi kegelapan untuk orang lain. Lampu kini tahu, sifat iri hati dan risau karena selalu membandingkan diri dengan yang lain, cenderung mengikuti yang lain justru membuat dirinya tidak bahagia dan memiliki arti.
Begitulah kira-kira kisah lampu minyak, pada akhirnya dia sadar bahwasannya sesuatu yang ada pada dirinya walaupun hal itu kecil dan sepele bahkan kadang tidak berguna bagi orang lain tetapi yakin pasti mempunyai arti dan guna pada situasi dan kondisi nya. Bagi saya, kalau saya menjadi orang lain lantas siapa yang menjadi SAYA?!! Itulah pada intinya, padahal sekecil apapun keberadaan saya dan kontribusi saya pada lingkungan saya pasti ada guna tersendiri.
Memang bisa dibilang tidak mudah menjadi diri sendiri, cukup berat bahkan ada yang mengatakan TIDAK BISA. Dengan alasan karena sejak lahir kita sudah di “timang-timang” oleh orang tua kita kalau kita nantinya telah menjadi dewasa biar seperti si ini, si anu dan si si yang lain. Dalam hal ini menurut saya adalah hal yang dapat ditanggapi dengan baik. Banyak orang-orang hebat disekitar kita yang terkadang mempengaruhi penampilan bahkan pemikiran kita. Contohnya nabi Muhammad, sukarno, Voltaire, Nietzche, mohammad hatta, tan malaka, gus dur, ayu utami, pramoedya, bob sadino, ian antono, armand maulana dan bethoven serta masih banyak tokoh lainnya. Bukan untuk menjadi diri mereka, tetapi bagaiman dengan menganggap mereka sebagai referensi kita untuk membantu menemukan jati diri kita. Kita hidup perlu sebuah pedoman, tetapi pedoman itu tidak mematikan langkah kita untuk menjdi diri kita.
Oke.. jangan sungkan untuk menjadi diri sendiri. Karena hidup sebagai diri sendiri akan terasa nikmat karena dengan kondisi apapun kita dapat melakukan hal baik untuk lingkungan kita tanpa rasa risau dan gundah. lebih baik menjadi diri sendiri dari padamenjadi orang lain tetapi terbebani untuk kedepannya. Tak sulit menjadi diri sendiri,hanya tinggal mensyukuri apa yg telah dianugrahkan kepada diri kita dan tentunya terus membaca situasi dan kondisi diri dan sekitar sebagai media belajar nurani kita. Oleh : Hariadi P.