Selasa, 10 Januari 2012

Angin kencang, Pohon perindang tumbang


2 pekan belakangan ini  media dan masyarakat Jakarta riuh-ramai karena terjangan angin kencang dan hujan lebat yang menimbulkan puluhan pohon tumbang. Telah terhitung oleh Dinas Pertamanan Jakarta 46 Pohon tumbang karena angin kencang tersebut.
Kerugian material antara lain adalah 14 unit kendaraan roda 4, 1 unit mobil patroli ford focus dan 4 unit roda dua rusak berat. Korban meninggal dunia ada satu orang akibat tersengat listrik dari papan reklame yang jatuh di jalan arjuna selatan, didepan kampus Esa Unggul (VIVAnews, jumat 6 januari 2012)
Berita dari berbagai media, pohon tumbang dikarenakan oleh terpaan angin kencang. Pohon yang tumbang tersebut  adalah jenis Angsana (Pterocarpus indicus). Kejadian tumbangnya pohon Angsana  ini sebenarnya sudah lama ada, contohnya pada tahun 2009 di Kuningan depan kantor PDAM Tirta Kemuning Kuningan.
Angsana pada awalnya dipilih oleh Dinas Pertamanan karena pohon ini cepat tumbuh, mempunyai struktur tajuk yang rimbun dan besar, sehingga yang diharapkan pohon ini memberikan kerindangan di padat suasana kota. Tetapi di lain sifat rindang yang dimiliki Angsana, Angsana mempunyai sifat kayu yang tidak kuat dan akar yang cenderung lemah mencengkram tanah. Akar yang terbentuk dari perbanyakan vegetative menjadikan akar pohon cenderung tumbuh lateral dan tidak adanya akar tungang yang kuat.
Itulah sebabnya banyak tanaman angsana tumbang karena terpaan hujan deras dan angin kencang di perkotaan.
Lantas bagaimana untuk meminimalisir terjadinya jatuh korban materi dan jiwa akibat tumbangnya pohon pada jalur hijau?
Atau. Bagaimana memberikan aman kepada jiwa pohon yang ditanam pada jalur hijau? karena sebenarnya yang menjadi korban awal adalah pohon itu sendiri.
Sepertinya akan terlalu naïf kalau kita menyalahkan pohon Angsana yang tidak kuat dan memakan korban, lalu menebang dan menggantinya dengan jenis pohon lain yang lebih kuat dan melindungi.
Mungkin lebih baiknya kita lakukan sesuatu yang dapat memberi aman kepada Angsana dan pohon lainnya yang ada pada jalur hijau perkotaan serta memberikan keamanan dan kenyamanan manusia dalam menggunakan jalan raya perkotaan. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeliharaan untuk pohon yang sudah ada, seperti langkah-langkah berikut :
1.       Pemangkasan pada percabangan yang terlalu rimbun. Pengurangan volume cabang dan ranting dapat meningkatkan keseimbangan kekuatan akar terhadap beban tajuk/pucuk yang disangga.
2.       Angsana yang sudah tua dan kropos lebih baik ditebang dan diganti dengan tanaman muda yang baru. Tanaman baru yang akan digunakan sebagai pengganti lebih baik mempertimbang fungsi pohon sebagai penahan angin, kayu kuat dan memiliki perakaran yang dalam serta kuat. Sehingga pada nantinya pohon dapat berdaya dan berhasil guna untuk penghijauan perkotaan. Seperti pohon Cemara (Casuarina spp.) yang dapat dimanfaatkan sebagai penahan angin.
3.       Sebaiknya Angsana tidak di tanam di dekat bangunan sebagai tindakan preventif terhadap resiko yang akan terjadi.
Seandainya kalau pohon itu bisa berbahasa seperti manusia Indonesia, maka dia akan bilang “akupun sebenarnya enggan hidup di tapak yang padat, yang membuat ruang akarku sangat sempit dan membuat tubuhku sangat lemah dan mudah rebah. Tetapi ini adalah keinginan manusia. Manusia yang memaksaku untuk tumbuh dan berkembang disini. Atau mungkin manusialah yang membuat tempat tumbuhku yang makin sumpek dan sesak. Sedangkan manusia selalu menuntut aku untuk memberikan nafas dan keteduhan. Cukuplah manusia. Sadar pada setara posisi kita dikemudian akan membuat alam kita lebih bersahabat dengan kita”.