Selasa, 29 Januari 2013

Mulud


Dalan rukun iman, setelah yakin dengan tuhan selanjutnya adalah iman kepada rasul-utusan Tuhan, Muhammad Salallahu alaihi wasallam. Utusan yang ummiyyi tapi sangat peka dengan umat dan membaca gejala alam dengan cermat.

Kami rindu denganmu. Bukankah secara harfiah kita tak pernah berjumpa. Tapi orang tua kami dan guru ngaji kami mengajarkan engkau adalah utusan Tuhan yang berparas tampan dan pengasih kepada sesama.
Dalam buku sejarah kebudayaan islam, engkau adalah pemimpin yang dapat berlaku adil kepada rakyatnya. Dimana sifat dan sosok seperti mu sekarang sudahlah sangat dan terlalu jarang.

Selasa, 22 Januari 2013

Banjir Ibu Kota




Pekan ke tiga Januari 2013. Ibu kota tenggelam. Tidak hanya rumah gubuk di bantaran sungai yang tenggelam, roda perekonomian juga kelelep, pakar ekonom merinci dengan kalkulator dagang dan bisnis bahwa kerugian sampai bertriliunan rupiah, bahkan Ketua APINDO menaksir kerugian mencapai 500 miliar per hari. Sekolah libur dan anak-anak gembira bermain air, walau tak semua berakhir gembira karena ada korban bocah yang terbawa arus air dan meninggal. Para sekertaris dipulangkan sebelum jam selesai kerja, karena air terus meninggi dan memaksa PLN memadamkan aliran arus listrik dan mereka tidak dapat mencetak laporan mingguanya. Pedagang bakso sementara juga berlibur, karena babi memilih lari mencari daerah yang lebih tinggi, dan tidak ada bahan. Apalagi pedagang asongan, tisu paseonya pada basah dan rokok otekan nya juga mlempem kena air.Ojek, taksi dan busway juga mandek tak beroperasi. Ojek motor masih maklum menurut saya, tapi busway yang dirancang dengan jalan yang eksklusif pun tak bergeming mesinya saat air dari kota di sebelah selatan ibu kota mengaliri ibu kota. Ibu kota lumpuh dan penyakitnya sedang kambuh.

Sabtu, 19 Januari 2013

Puntung ke-4

30 menit lewat dari pukul 12 siang. Beberapa karyawan senior maupun yang masih bau ijazah universitas, baik yang baru supervisor atau yang sudah superintendent juga manajer-karyawan kasta bawah tidak ada, maklum ini kan Negara yang sudah dikasta-kastakan, bahkan cafeteria untuk karyawan pun dipisah-pisahkan, mereka meluangkan waktu istirahat kerja di depan cafeteria perusahaan. Bagi yang on time dalam menjalankan rutinitas makan siang, pada jam segitu sudah selesai makan siang. Bagi yang workaholic kemungkinan masih berada dalam ruang kerja. Dan ada juga kloter yang pada menit dari jam segitu masih makan di cafeteria. Tiga golongan, apabila kriteria yang digunakan adalah kedisiplinan untuk makan siang.

“Pak Bob, rokokmu yang mana ?” sapa Pak Farhan keluar dari pintu cafeteria.

“Pakai rokokku saja gak papa Pak.” Sahut seorang Bapakyang masih muda tapi bukan Pak Bob. Pak Adi namanya.

Selasa, 15 Januari 2013

Sahabat


Diam malam yang setia hadir disamping ku selalu memberikan cerita tersendiri untuk ku. Cerita tentang Januari yang tak henti-henti memberikan hujan di kota ini, cerita akan semangat sang matahari memberiakan energy panas di bulan Agustus, cerita tentang sorak-sorai aktivis kehutanan akan kecintaanya kepada alam raya, dan curhatan hati akan kemana lentera asa ini termanifestasikan. Dan masih ada satu cerita lagi, yaitu cerita tentang harum aroma persahabatan kelas Silvikultur 44. Cerita terakhir ini lah yang sering menyetubuhi alun fikir ini, karena cerita ini yang sangat intim dengan ku.

Tuhan Maha Baik (2)


Tuhan yang menciptakan Typha untuk kolam tailling
Seperti diciptakany Hawa untuk Adam
Mungkin persis.
Atau mungkin seperti nirwana dengan dua sejoli itu
Atau mungkin seperti yang lain juga,
Yang tak sempat terlintas dalam sirat benak.
Ahh....
Tapi sepertinya analogi itu juga kurang tepat
Bahkan salah
Nirwana memang untuk Adam dan Hawa
Dan nirwana sungguh sangat indah dan mempesona (katanya)
Typha juga untuk tailling
Tapi tailling tidak indah
Apa lagi mempesona
Sungguh tidak!

Adam dan Hawa bahagia di Nirwana
Sama. Typha tumbuh subur dan makmur di tailling
Warna hijau dan kerumunan yang rapat tergambarkan
Mungkim Typha akan lebih senang kalau di Nirwana
Tapi Adam dan Hawa tidak kalau di tailling
Gelisah dan merana itu yang mungkin tergambar
Dalam kitab terterang, sungai susu dan sungai air segar mengalir
Mengalir yang siap utk ternikmat
Berbeda
Ia.beda dengan tailing
Aliran berkandung zat toksin tinggi yang dapat mematikan
Sel dan jaringan Adam mungkin tak akan lama bertahan
Apa lagi rambut Hawa yang tergerai indah pada sebelumnya
Mungkin akan terkriting sekejap

Oh tuhan.....
Betapa engkau ciptakan Typha ini sungguh kuat lagi sabar
Lebih sabar dan tabah dari Adam dan Hawa
Mungkin nanti di nirwanamu Typha Kau letakkan
Apakah Adam dan Hawa bisa juga seperti Typha tuhan?
Ahhh....engkau selalu tidak pernah menjawab
Sesekalipun dari beribu pertanyaan
Hanya jawaban ”baca” yang pernah Kau sampaikan....

-hp-

12 Desember 2011


Sabtu, 05 Januari 2013

Tentang Serambi yang Di Tengah


Lewat esainya, Avianti Armand menyajikan sebuah mula pentingnya arsitektur dalam kehidupan manusia. Semenjak itu bangunan menjadi seperti beras, terasi, garam, gula, ikan kering atau menu makan malam yang bagi orang Jawa Timur bakal lebih lengkap kalau setelahnya dapat menikmati secangkir kopi. Arsitektur membentuk ruang, ada ruang dalam, berarti ada juga sisi luar. Sisi luar yang siap menyambut apa saja yang menghampiri, angin, Vitamin D dari sinar matahari atau asap kendaraan bermotor. Sisi luar membuka diri untuk berasosiasi dengan siapapun, bahkan apapun. Keterbukaan tetapi tidak lepas juga dari hantaman. Ruang dalam memberikan perlindungan, sebuah tanda privasi, suatu pertanda tidak ingin selalu diketahui apa atau kegiatan apa yang terjadi di dalam. Setiap orang dengan bangunan atau rumahnya, dapat berada di dalam atau di sisi luar. Atau bisa juga di dalam tapi dapat melihat luar. Dalam rumah sangat syarat adanya lubang cahaya atau lubang angin yang tersedia. Dari lubang itulah orang bisa menikmati sisi luar rumah tanpa berada di sisi luar rumah. Atau bisa juga berada pada serambi rumah, dimana tata letak serambi itu berada pada daerah transisi ruang dalam dan sisi luar. Serambi biasanya tak terselubung oleh lapisan yang menutup dari sisi luar. Ia terbuka tapi cukup melindungi dari presipitasi dan terik matahari. Serambi itu juga tidak ada yang dirahasiakan, siapapun dapat melihat dan mengecap seduhan bubuk kopi hangat yang di-suguh-kan di meja bundar ukuran sedang di sana.

Dalam dunia arsitektur, desain rumah masakini lebih variatif. Tidah harus selalu seperti rumah Joglo di Jawa Tengah. Dimana serambi letaknya selalu ada di depan. Pada era postmodernisme atau isme-isme lainya yang ada dibagian termuka bisa saja kamar mandi. Karena mengingat rumah tersebut dekat dengan terminal bus, sehingga bisa menjadi penghasilan tambahan dengan menyewakan kamar mandi pada orang-orang yang bergiat di terminal. Serambi rumah ternyata bisa juga diletakkan di tengah bangunan. Jangan bayangkan serambi ini ada pada ruangan tertutup penuh dan lengkap dengan pendingin ruangan, kalau kondisinya seperti itu, berarti tak beda dengan ruang keluarga. Ruang keluarga lebih bersifat privat, tapi serambi bukan. Serambi dengan desain di tengah berarti bangunan utuh rumah tidak seperti rumah-rumah model joglo atau rumah dengan gaya modern minimalis seperti yang banyak dijajakan oleh pengembang di perkotaan. Gambarkan dalam imajinasimu, rumah ini membentuk seperti kompleks ruang-ruang dengan fungsi masing-masing. Kamar-kamar, dapur, ruang keluarga, ruang kerja, kamar mandi seakan-akan berdiri dengan atap masing-masing. Tidak ada kayu blandar yang panjang yang menjadi punggung atap utuh untuk melindungi semua ruang-ruang yang ada di rumah. Ruang-ruang yang berdiri mandiri tersebut dihubungkan oleh pintu pada setiap pemisah ruang. Ruang-ruang tersusun secara terpadu membentuk mirip sepatu kuda. Dan serambi itu letaknya berada di tengah ruang terpadu itu. Dengan bentuk seperti balai tanpa selimut penutup samping, yang siapa saja bisa mengaksesnya, yang kapan saja anak-anak dapat membaca buku dongeng disana, masih pake celana biru atau sudah pernah menggunakan toga juga bisa duduk bersama disana, atau hanya sebagai tempat singgah para peri pengumpul air mata yang kelelahan mengunduh disetiap rambut mata di negeri ini. Hanya suatu upaya dari padu-padan pada setiap yang punya rasa untuk berbagi dan meraih cinta serta cita-nya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), serambi disepadankan dengan beranda yaitu selasar berbentuk panjang yang menyambung dengan induk rumah. Kebanyakan serambi juga disamakan dengan kata teras. Serambi juga digunakan dalam sebutan provinsi Nangroe Aceh Darusalam yaitu “serambi mekkah” yang berarti, Aceh merupakan pintu gerbang masuknya islam di Nusantara….dan pada frase serambi tengah lebih dimaknai seperti gambaran bangunan menyerupai balai di atas.

-hp-
Kutai Kartanegara, Januari 2013