Sabtu, 29 Desember 2012

Hydroseeding Pada Lahan Bertebing


"Sampai hari ini Hydroseeding merupakan cara yang paling efektif dalam mereklamasi tebing"


Kendati masih ber-Kartu Tanda Mahasiswa, niat Kunti dalam dunia Lingkungan kususnya lingkungan tambang lebih dari seorang praktisi di lapangan (niatnya lho yaa…kalau terampilnya jelas praktisi lebih maknyus). Sebanyak-banyaknya literature ia unduh dari alamat web keilmuan, seperti sciencedirect.com atau ebsco.com atau disetiap repository milik perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Perpustakaan maya tersebut ia gunakan sebai-baiknya untuk melepas dahaga akan  keingintahuanya tentang lingkungan tambang. Perpustakaan maya bagi Kunti tak lain halnya dengan kedai espresso yang ia kerap singgahi. Buat Kunti, dari pada ia jalan-jalan diakhir pekan di junkfood atau sekedar cucimata di mall atau nonton di tuentiwan, ia lebih memilih berkecup-manis dengan secangkir espresso atau juga kopi tubruk yang menjadi bagian dari pasangan hidupnya. Kopi tubruk, atau kopi yang sejujur-jujurnya kopi merupakan selera number wahidnya Kunti. Bagi Kunti kopi tubruk itu nggak neko-neko, apa adanya “sederhana, sedikit berantakan, tapi jangan salahkan gue kalau lo-lo di akhirat nanti nyesel karena belum sempat menikmati kopi tubruk ini” ujar Kunti kepada kawan-kawanya kala mereguk kopi tubruk dalam kedai. Kopi tubruk, mungkin 11-12 dengan kepribadian Kunti.

Sabtu, 01 Desember 2012

Reklamasi: Optimis Kunti di ranah Tambang dan Lingkungan


“Bukan suatu yang mustahil untuk dapat berjalan seiring antara pengusahaan sumber daya alam dengan perbaikan lingkungan

Dua tahun yang lalu, saat itu Kunti berada di dalam gedung pertemuan dengan papan nama yang terpapang di depan “Auditorium Silva-Pertamina”, milik Fakultas Kehutanan IPB. Kunti, atau nama lengkapnya Dewi Kunti adalah mahasiswa tingkat akhir yang siap mengikuti kuliah untuk memungut ceceran pengetahuan-pengetahuan yang tercurah dari pelantang suara dalam gedung. Pada moment tersebut Kunti beserta kawan-kawan lainya sedang mengikuti kuliah pembekalan Praktek Kerja Profesi. Salah satu pengisi materi adalah Yang terhormat Bapak Direktur Teknik dan Lingkungan Kementerian ESDM RI. Bapak Yang Terhormat membuka materi kuliah dengan memaparkan peran sektoral pertambangan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Menururt Bapak Yang Terhormat, pertambangan menyumbangkan lebih dari 15 % sumber APBN Negara. “Waooww.. (tak pake gaya koprol tentunya, karena waktu itu belum trendnya, heuheu..)” gumam Kunti, menurutnya itu adalah prosentase yang sangat besar mengingat sumber APBN berasal dari buuanyak sektoral termasuk didalamnya adalah kehutanan, pertanian, perhubungan, bahari, pariwisata dan masih banyak sektor lainya.
Di sisi lain, pertambangan yang meningkatkan pembangunan ekonomi Negara juga memberikan dampak negative yang perlu diperhatikan dan ditindak lanjuti. Dampak negative dari pertambangan adalah kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan tersebut seperti deforestasi, degradasi hutan, kematian satwa, meningkatnya erosi tanah, pencemaran air tanah, meningkatnya kemasaman air sungai dan lain sebagainya. Kerusakan lingkungan tersebut adalah tanggung jawab pelaku penambangan beserta pemangku kepentingan lainya, seperti pemerintah.
Mengapa penambangan merusak lingkungan? Begini ceritanya… penambangan mineral seperti batu bara dilakukan dengan metode open pit/surface mining yang berarti penambangan terbuka. Selain itu juga ada metode bawah tanah atau underground mining.  Kriteria utama untuk menentukan dalam pemilihan metode penambangan  adalah besarnya perbandingan over burden (lapisan penutup) yang harus diambil  dengan volume batubara yang dapat ditambang. Perbandingan ini akrab disapa dengan istilah striping ratio. Selama perbandingan ini masih memberikan marjin keuntungan yang dapat diterima, maka pertambangan terbuka masih dianggap patut dilakukan. Nahh…. Dengan metode tambang terbuka yang dilakukan kebanyakan perusahaan tambang, vegetasi yang berada di atas akan dikupas terlebih dulu. Kegiatan ini biasa disebut dengan land clearing. Land clearing selesai, langkah berikutnya adalah pengupasan dan penyelamatan tanah (soil removal) selanjutnya adalah pengupasan over burden. Over burden diankut  (overburden removal) dan ditimbun di disposal/waste dump. Setelah batubara terekspose, maka batubara akan ditambang dan di angnkut ke stockpile. Kala penambangan batubara pada satu pit selesai semua, after kondisi inilah lahan yang awalnya bervegetasi menjadi lahan yang semrawut kaya nasi mawut. Antara nasi, mi dan bahan lainya campur aduk.
***
Kalau kata Peraturan Menteri ESDM no 18 Tahun 2008, Reklamasi merupakan  kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukanya. Mendengar pak menteri ESDM ber ujar, Pak menteri Kehutanan ga mau kalah dan pada 3 tahun kemudian, tahun 2011 beliau mengeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan no P4 sing unine yoiku reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai peruntukanya. Dua peraturan menteri tersebut hanya beda pada objek yang diganggu dan diperbaiki. Permen ESDM hanya menyebutkan objek lahan, untuk Permenhut menyebutkan lahan dan vegetasi untuk diperbaiki setelah terganggu. Perihal predikat kedua peraturan menteri itu sama, yaitu “untuk memperbaiki lahan setelah terganggu”. Pada intinya adalah, reklamasi itu merupakan upaya memperbaiki lahan yang rusak akibat kegiatan pertambangan agar kembali berfungsi sesuai tata gunanya. Jika sebelumnya adalah kawasan hutan maka reklamasi ditunjukan menjadi hutan kembali dan jika lahan yang ditambang adalah area pertanian makan harus dikembalikan menjadi lahan yang layak digunakan untuk bertani.
***
30 menit berlalu. Kunti masih khidmat dalam mengikuti kuliah pembekalan, walaupun sesekali dan lebih beberapa kali juga diselingi dengan angguk-angguk kepala dengan mata mendadak sipit dan memerah….maklum kunti demen begadang di malam harinya entah sibuk ngerjain tugas laporan atau hanya sekedar nongkrong di dahan pohon Ficus,,seyemm…namanya juga kunti, heuheuheu.
Lanjut lagi dengan pemaparan materi oleh Bapak Yang Terhormat Direktur Teknik dan Lingkungan Kementerian ESDM mengenai langkah dan tahapan reklamasi pasca pengambilan material batubara. Sudah disinggung diatas bahwasanya kondisi lahan setelah penambangan sangat ancur-seancur-ancurnya. Tidak bersoil hanya batu-batu yang liat dan padat bercampur serpihan batubara dimana material tersebut kandungan tosiksitasnya tinggi. Aluminium (Al+), Besi (Fe), dan mineral Sulfida lainya terkandung didalamnya. Kondisi inilah yang memicu terjadinya Air Asam Tambang (AAT). (Perihal AAT ini akan disampaikan pada sesi berikutnya )
Yang pertama akan dilakukan dalam reklamasi adalah landscaping atau penataan lahan sedemikan hingga memiliki kontur yang stabil dan proporsional dengan bentang alam sekitarnya. Lahan yang sudah rapi, selanjutnya dilakukan Soil spreading. Soil spreading bertujuan untuk media tumbuh tanaman revegetasi. Penggaruan atau ripping menggunakan  alat berat bertujuan untuk perbaikan sifat fisik tanah, mengingat kondisi tanah setelah penambangan memiliki sifat di bawah baku mutu secara fisik. Perbaikan sifat kimia dan biologi tanah dilakukan dengan penambahan pupuk organic beserta material-material lainya. Aplikasi asam humat juga diperlukan untuk merangsang perkembangbiakan mikroba dalam tanah. Proses perbaikan sifat tanah biasa disebut dengan soil amelioration atau ada juga yang menyebut soil amendment.
Disela-sela mempresentasikan materi, Bapak Yang  Terhormat suka memberikan timbal balik dari apa yang dia sampaikan. Para mahasiswa pun aktif dalam memberikan pendapat mengenai reklamasi ini. Tak terkecuali juga Kunti.
Tahap berikutnya adalah penanaman. Untuk tahapan ini mah sarapan sehari-hari para peserta kuliah. FYI, mahasiswa peserta kuliah hamper semua aktif dalam kegaitan Himpunan 1 yang hobi menanam juga merawat batita Swietenia juga Rhizophora. Salah satu contoh project menanam dan merawat Rhizophora oleh mereka ada di muara angke dipinggir Tol Soedijatmo Jakarta Utara 2. Kembali ke materi Bapak Yang Terhormat. Penanaman pada area revegetasi menggunakan jarak maksimal 4x4 m 3. jenis yang digunakan adalah jenis pioneer dari Family Fabaceae. Pemilihan ini didasarkan pada ketahanan jenis tersebut yang dapat tumbuh pada lahan kritis, selain itu jenis dari keluarga Fabaceae mempunyai kemampuan untuk menambah Nitrogen dan Phospor dalam tanah. Contoh dari jenis ini adalah Falcataria moluccana, Gliricidea sp, Enterelobium cyclocarpum, Samanea saman dan masih banyak lainya. Selain pioneer Fabaceae, bisa juga dengan menggunakan pioneer local setempat. Contoh pioneer local di area tambang di Kalimantan adalah Trema sp, Malotus sp, Macaranga sp dan Nauclea sp. Dalam aplikasi tanaman pioneer tidak dianjurkan menggunakan Invasive Alien Species (IAS)  seperti Acacia mangium. IAS tidak dianjurkan karena mempunyai potensi penyebaran yang sangat cepat, sehingga penyebaranya tidak terkontrol dan menghambat perkembangan tanaman local setempat. Selain itu, beberapa IAS juga mempunyai sifat allelopati.
Pada jeda setiap kalimat yang terburai dari Bapak Yang Terhormat, Lionel angkat tangan dan berinterupsi untk bertanya. Lionel adalah kawan kelas Kunti yang jatuh hati dengan sepak bola. Selain itu dia memang jago cetak gawang di lapangan futsal. Lionel pecinta sepak bola objektif, bukan fanatik. Dia tidak punya klub idaman, beda dengan pecinta bola fanatik yang cinta mati-matian terhadap satu klub walaupun klubnya sedang terpuruk seperti habis dilindas dump truk. Tetapi dia faham klub mana yang pada musim depan bakal calon juara champion league. Lionel juga pernah membela klub futsal dan sepak bola kampusnya untuk berlaga di level nasional. “setelah mengikuti apa yang disampaikan oleh Bapak, menurut saya pertambangan seharusnya tidak dilakukan” prolog dari Lionel “mengapa?,, karena kawasan hutan yang tertambang akan lebih banyak merugikan. Selain deforestasi, juga kerusakan lahan, matinya satwa, hilangnya lahan pertanian masyarakat dan lain sebagainya” lanjut argument lionel “menurut bapak, dimana titik kesetimbangan dari keuntungan yang diambil dari penambangan ? dengan melihat mahakehancuran akan meratap didepan kita setelah penambangan dilakukan,,,,,” pertanyaan lionel sangat berdasar pada sebab-akibat perilaku yang dibasiskan antroposentris. Maklum, selain pecinta bola.. Lionel juga seorang aktivis di kampus. “Terimakasih atas pertanyaan dari adik” sapa Bapak Yang Terhormat pada Lionel dengan Adik, maklum tadi Lionel tidak memperkenalkan namanya terlebih dulu. Penambangan batubara atau mineral lainya mempunyai fungsi yang penting untuk mengembangkan kualitas hidup kita. Listrik yang setiap hari dapat kita nikmati bahan bakunya semua bersumber dari bahan tambang, seperti infrastruktur yang dari logam dan bahan galian lainya, bahan energy dari batubara atau BBM serta BBG semua itu dari bahan tambang dari perut bumi. “Kursi yang pada saat ini adik-adik gunakan itu juga dari bahan galian atau tambang, yaitu besi dan nikel” papar detail Bapak Yang Terhormat kepada peserta kuliah. Itulah sebab lain kenapa kita menambang, selain untuk menyumbang APBN juga untuk kemaslahatan umat. Perihal akibat yang ditimbulkan oleh penambangan, itulah fungsi keberadaan para Rimbawan dan Lingkunganis (jujur ini asal kasih nama untuk para penggiat lingkungan. heuheu... Lingkunganis). Dengan konsistensi dan progresivitas kinerja serta kerjasama dari semua pemangku kepentingan untuk memperbaiki hutan dan lingkungan. Miner, Geologist, Pengusaha, Pemerintah, LSM dan masyarakat juga harus berperan dalam suatu upaya tersebut. Bukan suatu yang mustahil untuk dapat berjalan seiring antara pengusahaan sumber daya alam dengan perbaikan lingkungan. Kita masih punya harapan untuk masih bersahabat dengan alam kita. “Saya yakin Pak, karena keduanya itu adalah kebutuhan kita dan nya” tangkas Kunti dengan penuh percaya diri.


1 himpunan Mahasiswa Silvikultur atau eksis dengan asma Tree Grower Community
2 kegiatan Save Mangrove For Our Earth 2010
3 dalam Permenhut no. P4 tahun 2011

Gambar Pemeliharaan tanaman revegetasi

-hp-
                                                                                                                                                            Kutai Kartanegara, Desember 2012

Selasa, 27 November 2012

Mutiara dalam ujud lain : dari kawan di kota kembang


"istiqomah, mungkin itulah suatu perihal kenapa kita dapat menjadi besar"


Itulah salah satu point dari obrolan bersama kawan. Nifa namanya, dan malam ini aku memanggilnya dengan mamah Nifah. Jujur terinspirasi dari ustadzah yang biasa ngasih pengajian di teve. Mamah Dedeh. Mamah Dedeh yang setiap pagi memberikan cerita tentang kehidupan beragama dengan syar’i, mendengarkan curhat pada anggota majlisnya untuk memberikan solusi atas masalah para anggota. Atau hanya sekedar upaya mamah untuk membuat anggota majlis lebih tabah dan yakin untuk menjalankan kehidupan ini dengan tuntunan kitab suci Alquran. Mamah Nifah lain dengan mamah dedeh, mamah nifah lebih cenderung bercerita tentang pengalaman kesehariannya, cerita tentang anak kos, cerita tentang lampu-lampu kota bandung dari loteng rumah kos, cerita tentang gadis usia 23 tahun yang pada orang tuanya ingin segera memiliki menantu dan cerita-cerita ala gadis kota dengan upaya dan dayanya untuk membangun kemandirian.

Ceritanya simple dan dapat membangun gairah siapapun yang diajaknya berbicara, tak lain juga aku. Cara bercerita sederhana dan memberi ajakan yang sederhana pula untuk saling konsisten dalam membangun ujud dari sebuah mimpi. Beberapa hal yang malam itu dapat dijumput dari perbincangan dengan mamah nifah by hape diantaranya, yang pertama adalah yang kusebut dan kita sepakati dengan “the power of silaturrahim”. Seperti yang saya dapat dari bangku sekolah menengah, bahwasannya dengan silaturrahim kita dapat menjalin ukuwah islamiyah atau menjalin hubungan sesama muslim dan juga sesama masyarakat tanpa memberikan tanda identitas “Sara”. Dengan bersilaturrahim seseorang yang akan memulai debut bisnisnya dapat lebih mudah karena rekan sesamanya memberikan peluang dan kesempatan juga pinjaman modal. Hal ini dapat terjadi apabila ada saling kepercayaan pada setiap unsur pelakunya. Pada unsur pelaku ada rasa saling percaya pada mulanya juga diawali dengan berkenalan hingga saling mengenal dan memahami karakter. Situasi seperti ini dapat dicapai dengan silaturrahim. Tapi silaturrahim bukan semata-mata dibangun karena ingin mencari untung. Silaturrahim adalah keniscayaan pada setiap manusia, mengingat manusia adalah manusia sosial yang tidak dapat hidup sendiri, inilah alasan klasik yang kita pelajari dulu masa sekolah menengah. Bagiku silaturrahim adalah kebutuhan kita untuk saling membangun manfaat bersama baik itu langsung kepada kita maupun dapat ditujukan kepada pihak lain. Secara langsung maupun tidak langsung silaturrahim juga mengingatkan pada suatu yang mempunyai kekuatan yang memberikan daya kepada manusia untuk melakukan kebaikan dan kebajikan. dialah Tuhan.

Kedua adalah “the power of istiqomah”. Atau bahasa trendnya adalah konsistensi dalam amal/laku. Seorang guru sufi dari jawa timur juga pernah bilang, istiqomah itu lebih mulia dari karomah. Karomah itu sendiri adalah anugrah dari Tuhan kepada makluk yang dipilih karena mempunyai amalan yang tidak biasa tapi hanya pada periode dan masa yang terbatas. Amalan inilah yang diperuntukan untuk mendapatkan karomah itu. Contohnya, seseorang dengan melakukan puasa mutih tujuh hari tujuh malam supaya mempunyai kekebalan tubuh. Atau seseorang yang bertapa di air terjun untuk mendapatkan kekuatan batin. Dan masih banyak contoh sejenisnya. Istiqomah adalah sebuah bentuk manifestasi tersendiri dari kepercayaan yang ia pegang untuk mencapai sesuatu ataupun mendukung apa yang dicita-citakan itu berhasil. Contohnya, dalam syariat islam diperintahkan untuk mendirikan solat. bukan hanya perintah sholat, tapi  menggunakan pilihan kata mendirikan sholat. Artinya ibadah yang merupakan tiang agama islam tersebut harus dilakukan secara rutin dan setiap waktunya tiba, tidak hanya dilakukan sesaat saja dan setelah itu sudah tidak dilakukan lagi. Kasus dalam keseharian manusia adalah belajar, dalam hadis Nabi diserukan bahwasannya dalam belajar tidak ada batas usia, dari lahir sampai ke liang lahat manusia diperintahkan untuk terus belajar. Disini ada makna penting mengapa tak ada batasan dalam belajar, bahwa belajar itu adalah hal yang sangat penting terus dilakukan manusia untuk berkembang dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang semakin hari semakin terbuka persaingannya. Persaingan untuk berbagi kebaikan, persaingan beramal kepada sesama dan ada juga persaingan untuk mengabdi pada Tuhan.

Dan yang ketiga adalah “the power of doa”. Manusia sebagai abdi tuhan sudah sepantasnya memohon kepadanya. Tuhan yang memberikan manusia kekuatan untuk berkarya. Tuhan yang memberikan ijin kepada manusia untuk mengelola alam. Tanpa ada izin dari Tuhan, sehebat apapun manusia dalam mengelolan sumber daya tak dapat diujudkan. Sebuah karya manusia sebenarnya juga sebagai ujud kekuasan dan keberadaa-NYA. Ada juga keyakinan manusia yang tidak menghiraukan keberadaan Tuhan, atau seseorang yang tidak terlalu menghiraukan formalitas dalam hukum berdoa walaupun sebenarnya dia juga yakin atas kuasa dan ujud-NYA, yaitu doa dianggapnya sebagai bentuk niat dan dorongan spiritualitas jiwa untuk mewujudkan cita dan anganya.

Begitulah mutiara-mutiara yang tak selamanya harus mencarinya di lautan, tapi dengan bersilaturrahim kita juga mendapatkan mutiara-mutiara itu dalam ujud lainya. Suatu ujud yang membuat kita ingat lagi kepada tuhan dan nikmatnya. Trimakasih mamah Nifah. Malam ini sholat isya’ ku nikmat sekali. Mungkin tuhan mengingatkan aku akan keisitiqomahan dalam sholat lewat kawan yang tadi ku telpon berada di rumah kosan milik adiknya di Bandung.

-hp-
                                                                                                           Kutai Kartanegara, Oktober 2012

Selasa, 07 Agustus 2012

Robohnya surau kami (Resensi Cerpen...)


"Sebuah upaya dalam menarik khasanah dari sebuah karya besar sang maestro: AA Navis"

Diawali dari cerita orang yang mendedikasikan diri untuk taat beribadah kepada tuhan. Warga setempat akrab memanggilnya dengan “kakek”. Sudah bertahun-tahun kakek ini menjadi garin pada sebuah surau yang ada di desa tersebut. Garin, mungkin bisa disebut juga dengan bapak kebon yang ada di gedung sekolah. Cuman kalau garin ini menjaga surau dengan sepenuhnya menyerahkan diri kepada Tuhannya. Meninggalkan semua kegiatan yang beraroma keduniawian. Dilain sisi, kakek tidak begitu dikenal sebagai garin, kakek lebih dikenal sebagai pengasah pisau. Karena ia begitu mahir dalam pekerjaan itu.
Tapi kakek sekarang sudah tidak ada, tinggalah surau yang makin hari makin tembus pandang karena sekali hari gelap perempuan2 yang kehabisan kayu bakar akan dengan gembira mengambil satu demi satu papan dinding surau. Anak-anak juga tidak mau kalah untuk menyihir surau tua itu menjadi arena bermain. Dan kian hari kesucian tsb bakal roboh. Inilah manusia sekarang yang masa bodoh pada sesuatu yang sudah tidak dijaga.
Kerobohan tempat suci tsb berawal dari sebuah dongeng dari Ajosidi kepada kakek. Begini ceritanya, pada saat nanti semua manusia dan makluk diseluruh alam ini berpulang, maka satupersatu manusia akan dimintai pertanggungjawaban. Pada satu waktu dan satu tempat manusia akan ditanya satu perasatu. Sangat banyak manusia disana dan sangat lama karena saat di dunia sangatlah banyak peperangan dan KKN dinegeri. Salah seorang dari banyak orang adalah Haji Saleh. Haji Saleh merasa yakin seyakin-yakinnya dia akan masuk surge. Ketika dia melihat manusia dimasukkan neraka, dia tersenyum sungging, ketika dia melihat manusia dimasukkan surge, dia melambaikan tangannya seakan-akan mereka akan berjumpa di surga.
Pas giliran dia ditanya. Engkau…? Hamba saleh tuhan, karena sudah ziarah ke mekah maka dipanggil Haji Saleh. Aku tidak Tanya nama, karena nama hanya untuk di dunia. Apa kerjamu di dunia? “aku menyembah engkau selalu tuhanku”. Jawab Haji Saleh. “ lain? “. “ setiap hari setiap malam bahkan setiap masa aku menyebut nama Mu tuhanku”……dan pertanyaan dari tuhan terus diberikan ke Haji Saleh, dan Haji Saleh selalu menjawab dengan kerendahan dan kepatuhan kepada tuhannya. Dan sampai jawaban yang terakhir dari Haji Saleh masihlah tetap menggambarkan kebaktian haji saleh dalam beribadah pada tuhan, tak ada lagi selain itu. Kemudian tuhan memerintahkan ke malaikat untuk menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak mengerti kenapa tuhan memasukkan ia ke neraka. Tapi ia yakin tuhan tak silap.
Dan kala Haji Saleh masuk di neraka, begitu tercengangnya Haji Saleh. Ia melihat kerumunan yang ada di neraka adalah bangsa se-negerinya yang tak kurang sembahyangnya, bahkan ada orang yang sampai 14 kali ke mekkah dan bergelar syekh pula.
“ bagaimana tuhan kita ini? “ kata haji saleh. “ bukannya kita disuruhnya taat beribadat, teguh beriman ? dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan Nya ke neraka. “
“ ya, kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang disekitar kita semua, dan tak kurang ketaatannya”. Kata salah seorang dari mereka.
Dan percakapan kerumunan teruslah berlanjut sampai pada suatu kesepakatan untuk mendemonstrasi tuhan, bahkan akan merevolusi kalau tuhan tidak mengakui kesilapan NYA. Haji saleh menjadi pemimpin pada kerumunan tersebut, dengan suara bergema dan berirama indah haji saleh menyampaikan protes ke tuhan. Seperti biasa dengan gaya umat pengabdi da nisi protesnya kenapa tuhan memasukkan mereka ke neraka, padahal mreka sangat tekun ibadatnya.
“ kalian tinggal dimana di dunia ? “. Tanya tuhan.
“ kami ini adalah umatmu yang tinggal di Indonesia, tuhanku “
“o..di negeri yang tanahnya subur itu ? “
“ Ya, benarlah itu, tuhan “
Dan percakapan terus mengalun yang menggabarkan bagaiman bumi yang subur dan kaya raya akan sumber daya alam di Indonesia, tetapi manusia indonesia malah menjadi budak dan punya ketertarikan terhadap peperangan sesame saudara.  Manusia yang rela melarat, dan lebih parah adalah rela kalau anak cucunya juga melarat sepertinya. Manusia Indonesia lebih suka beribadat, karena memang,  beribadat tidak mengeluarkan peluh dan tidak membanting tulang. Sedang tuhan menyuruh manusia untuk beramal disamping beribadat. Bagaimana mau beramal kalau manusianya melarat, suka berkelahi diantara sesame, saling menipu dan saling memeras. Kemudian tuhan kembali memerintahkan malaikat untuk membawa mereka ke neraka sehingga pucat pasi menjelma dalam mukanya.
Dalam perjalanan haji saleh kembali bertanya kepada malaikat. “ salahkan menurut pendapatmu, kalau kami menyembah tuhan di dunia ?”. “ tidak, kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan diri sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Inilah kesalahanmu terbesar, terlalu egoistis. Padahal kau di dunia berkaum, bersaudara semuanya……..”
Demikianlah cerita ajosidi kepada kakek. Dan esok harinya kakek meninggal dengan menggorok lehernya dengan pisaunya ajosidi.
Dan sejak itulah surau di desa tidak ada penjaga dan mulai melaju selaju anak-anak lari di dalam surau.
Cerpen ini ditlis oleh AA Navis pda tahun 1956. Latar tempat sepertinya di kota padang, hal ini ditunjukan dengan ucapan langgar dengan surau, garin dan yang lainnya. Dari tahun dan latar tempat, memang pada saat itu di padang sangatlah mewabah rutinitas taat beragama yang sangat cenderung pada kulit luarnya. Kalau menrut saya ini adalah sebuah kritikan Navis terhadap manusia setempat bahkan mungkin juga se negeri ini. Hal serupa juga pernah dilakukan oleh seorang syekh jenar pada masa pemerintahan kerajaan mataram. Dengan ma’rifat  “manunggaling kawula gusti”.
Navis mengkritisi cara pandang dan laku masyarakat indoneia bahwa ibadat kepada tuhan hanay sebatas sembahyang, puasa dan haji (kalau dalam islam). Dengan cerpen ini navis menawarka bahwa kerja dg baik dan tekun, mengolah sumber daya alam dan mewariskan kekayaan untuk kebaikan saudara-saudaranya yang memerlukan merupakan ibadat yang mulia.
Navis juga mengingatkan bahwa upaya untuk memperoleh dunia dan akhirat haruslah seimbang.
Dalam persoalan beribadat, navis juga memaparkan suatu tingkat kialiman dan keimanan seseorang. Hal ini ditunjukan pada soso kakek, yang pada awalnya kakek adalah seorang yang khusuk sembahyangnya. Trtapi setelah mendengar cerita ajo sidi kakek lebih memilih mati bunuhdiri. Mungkin karena bimbang dan resah dalam hati yang bergejolak dengan sangat. Bukan karena marah kepada ajo sidi melalui bualannya itu.
Sebagai perihal peribadatan, H Saleh yang juga dicerminkan kealimannya (dalam arti traditional) tetapi malah dimasukkan ke neraka. Hal ini dalam fikir saya, dalam suatu masa kealiman seseorang juga berunsur egoistis. Navis telah menilai keutuhan keiklasan dalam beribadah, kesadaran dalam beribadah ia cuba untuk ditumbuhkan dalam nurani manusia secara utuh.
Sekiranya juga perlu kita melihat makna cerpen ini secara metaforikal. Sangatlah nyata kalau kakek dan suraunya ini melambangkan institusional. Kalaulah surau itu melambangkan institusi agama maka kakek melambangkan elit agama dan pemeluk agama. Kalau kita yakin bahwasannya eksistensi agama merupakan tuntunan dalam kehidupan untuk menjaga kestabilan social dan kondisi alam serta sebagai penuntun kehidupan. Sudah barang nyata di depan alis kita, bahwa kemiskinan, tindak kekerasan, penyelewengan kekuasaan, kerusakan hutan dan degradasi alam serta banyak lagi. Yang semua itu merupakan tanggung jawab kita untuk memperbaiki dan memperbarui dengan kesadaran yang religious.
Nunukan, Juli 2011


Salam Jumpa (lagi..)

Seperti benih jabon yang telah matang, kemudian tertiup udara dengan pola arah yang tak tentu. Berhambur pada setiap lantai hutan yang tak pernah diinginkan oleh pohon induk pada sebelumnya. Ada yang terhampar dekat induknya, pun ada juga yang sampai berjarak puluhan meter dengan induknya. Tapi kondisi keduanya tak memberi beda yang terlalu berarti bagi benih-benih tersebut. Kebanyakan benih tersebut memilih untuk bermalas daripada langsung menumbuhkan plumulanya. apalagi didukung dengan ruang yang nyaman untuk bermalas juga istirahat dari aktivitas pertumbuhan menjadi lebih besar dan dewasa. Kondisi inilah kalau dalam keilmuan budidaya hutan disebut dengan masa "dormansi". 
Dormansi, istilah itulah yang mungkin cocok disepadankan dengan aktivitas saya menulis pada area blog ini. Januari 2012 lalu adalah bulan terakhir saya menulis pada lembar blog ini. Kurang lebih sudah ada satu semester (sudah kaya cuti kuliah saja....). Namun kejadian malam ini seperti kejadian yang dialami benih jabon dialam, benih jabon setelah mengalami masa kemarau panjang dan kemudian disirami oleh hujan maka benih tersebut akan bangun dari masa dormansinya. Mirip juga dengan kejadian menulis saya. Bukan metafor, tapi ini nyata. Sungguh. Tadi sore baru saja diberikan hujan setelah berapa lama kota yang terkenal dengan sebutan kota hujan ini tak terilhami oleh hujan. Dan malamnya saya menulis di halaman blog ini, dan inilah tulisannya.
Semoga tulisan ini menjadi judul pada sub-bab  pada aktivitas-aktivitas menulis saya di blog yang saya beri nama "serambitengah" ini. Dan tulisan-tulisan lainya akan menyusul. Baik itu tulisan yang memberi arti bagi pembaca ataupun yang terkadang tulisan yang malah membuat bingung pada pembaca. Bahkan saya pun yang menulis juga merasa bingung dalam membacanya.
Hehhe...

Selasa, 10 Januari 2012

Angin kencang, Pohon perindang tumbang


2 pekan belakangan ini  media dan masyarakat Jakarta riuh-ramai karena terjangan angin kencang dan hujan lebat yang menimbulkan puluhan pohon tumbang. Telah terhitung oleh Dinas Pertamanan Jakarta 46 Pohon tumbang karena angin kencang tersebut.
Kerugian material antara lain adalah 14 unit kendaraan roda 4, 1 unit mobil patroli ford focus dan 4 unit roda dua rusak berat. Korban meninggal dunia ada satu orang akibat tersengat listrik dari papan reklame yang jatuh di jalan arjuna selatan, didepan kampus Esa Unggul (VIVAnews, jumat 6 januari 2012)
Berita dari berbagai media, pohon tumbang dikarenakan oleh terpaan angin kencang. Pohon yang tumbang tersebut  adalah jenis Angsana (Pterocarpus indicus). Kejadian tumbangnya pohon Angsana  ini sebenarnya sudah lama ada, contohnya pada tahun 2009 di Kuningan depan kantor PDAM Tirta Kemuning Kuningan.
Angsana pada awalnya dipilih oleh Dinas Pertamanan karena pohon ini cepat tumbuh, mempunyai struktur tajuk yang rimbun dan besar, sehingga yang diharapkan pohon ini memberikan kerindangan di padat suasana kota. Tetapi di lain sifat rindang yang dimiliki Angsana, Angsana mempunyai sifat kayu yang tidak kuat dan akar yang cenderung lemah mencengkram tanah. Akar yang terbentuk dari perbanyakan vegetative menjadikan akar pohon cenderung tumbuh lateral dan tidak adanya akar tungang yang kuat.
Itulah sebabnya banyak tanaman angsana tumbang karena terpaan hujan deras dan angin kencang di perkotaan.
Lantas bagaimana untuk meminimalisir terjadinya jatuh korban materi dan jiwa akibat tumbangnya pohon pada jalur hijau?
Atau. Bagaimana memberikan aman kepada jiwa pohon yang ditanam pada jalur hijau? karena sebenarnya yang menjadi korban awal adalah pohon itu sendiri.
Sepertinya akan terlalu naïf kalau kita menyalahkan pohon Angsana yang tidak kuat dan memakan korban, lalu menebang dan menggantinya dengan jenis pohon lain yang lebih kuat dan melindungi.
Mungkin lebih baiknya kita lakukan sesuatu yang dapat memberi aman kepada Angsana dan pohon lainnya yang ada pada jalur hijau perkotaan serta memberikan keamanan dan kenyamanan manusia dalam menggunakan jalan raya perkotaan. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeliharaan untuk pohon yang sudah ada, seperti langkah-langkah berikut :
1.       Pemangkasan pada percabangan yang terlalu rimbun. Pengurangan volume cabang dan ranting dapat meningkatkan keseimbangan kekuatan akar terhadap beban tajuk/pucuk yang disangga.
2.       Angsana yang sudah tua dan kropos lebih baik ditebang dan diganti dengan tanaman muda yang baru. Tanaman baru yang akan digunakan sebagai pengganti lebih baik mempertimbang fungsi pohon sebagai penahan angin, kayu kuat dan memiliki perakaran yang dalam serta kuat. Sehingga pada nantinya pohon dapat berdaya dan berhasil guna untuk penghijauan perkotaan. Seperti pohon Cemara (Casuarina spp.) yang dapat dimanfaatkan sebagai penahan angin.
3.       Sebaiknya Angsana tidak di tanam di dekat bangunan sebagai tindakan preventif terhadap resiko yang akan terjadi.
Seandainya kalau pohon itu bisa berbahasa seperti manusia Indonesia, maka dia akan bilang “akupun sebenarnya enggan hidup di tapak yang padat, yang membuat ruang akarku sangat sempit dan membuat tubuhku sangat lemah dan mudah rebah. Tetapi ini adalah keinginan manusia. Manusia yang memaksaku untuk tumbuh dan berkembang disini. Atau mungkin manusialah yang membuat tempat tumbuhku yang makin sumpek dan sesak. Sedangkan manusia selalu menuntut aku untuk memberikan nafas dan keteduhan. Cukuplah manusia. Sadar pada setara posisi kita dikemudian akan membuat alam kita lebih bersahabat dengan kita”.