Selasa, 27 November 2012

Mutiara dalam ujud lain : dari kawan di kota kembang


"istiqomah, mungkin itulah suatu perihal kenapa kita dapat menjadi besar"


Itulah salah satu point dari obrolan bersama kawan. Nifa namanya, dan malam ini aku memanggilnya dengan mamah Nifah. Jujur terinspirasi dari ustadzah yang biasa ngasih pengajian di teve. Mamah Dedeh. Mamah Dedeh yang setiap pagi memberikan cerita tentang kehidupan beragama dengan syar’i, mendengarkan curhat pada anggota majlisnya untuk memberikan solusi atas masalah para anggota. Atau hanya sekedar upaya mamah untuk membuat anggota majlis lebih tabah dan yakin untuk menjalankan kehidupan ini dengan tuntunan kitab suci Alquran. Mamah Nifah lain dengan mamah dedeh, mamah nifah lebih cenderung bercerita tentang pengalaman kesehariannya, cerita tentang anak kos, cerita tentang lampu-lampu kota bandung dari loteng rumah kos, cerita tentang gadis usia 23 tahun yang pada orang tuanya ingin segera memiliki menantu dan cerita-cerita ala gadis kota dengan upaya dan dayanya untuk membangun kemandirian.

Ceritanya simple dan dapat membangun gairah siapapun yang diajaknya berbicara, tak lain juga aku. Cara bercerita sederhana dan memberi ajakan yang sederhana pula untuk saling konsisten dalam membangun ujud dari sebuah mimpi. Beberapa hal yang malam itu dapat dijumput dari perbincangan dengan mamah nifah by hape diantaranya, yang pertama adalah yang kusebut dan kita sepakati dengan “the power of silaturrahim”. Seperti yang saya dapat dari bangku sekolah menengah, bahwasannya dengan silaturrahim kita dapat menjalin ukuwah islamiyah atau menjalin hubungan sesama muslim dan juga sesama masyarakat tanpa memberikan tanda identitas “Sara”. Dengan bersilaturrahim seseorang yang akan memulai debut bisnisnya dapat lebih mudah karena rekan sesamanya memberikan peluang dan kesempatan juga pinjaman modal. Hal ini dapat terjadi apabila ada saling kepercayaan pada setiap unsur pelakunya. Pada unsur pelaku ada rasa saling percaya pada mulanya juga diawali dengan berkenalan hingga saling mengenal dan memahami karakter. Situasi seperti ini dapat dicapai dengan silaturrahim. Tapi silaturrahim bukan semata-mata dibangun karena ingin mencari untung. Silaturrahim adalah keniscayaan pada setiap manusia, mengingat manusia adalah manusia sosial yang tidak dapat hidup sendiri, inilah alasan klasik yang kita pelajari dulu masa sekolah menengah. Bagiku silaturrahim adalah kebutuhan kita untuk saling membangun manfaat bersama baik itu langsung kepada kita maupun dapat ditujukan kepada pihak lain. Secara langsung maupun tidak langsung silaturrahim juga mengingatkan pada suatu yang mempunyai kekuatan yang memberikan daya kepada manusia untuk melakukan kebaikan dan kebajikan. dialah Tuhan.

Kedua adalah “the power of istiqomah”. Atau bahasa trendnya adalah konsistensi dalam amal/laku. Seorang guru sufi dari jawa timur juga pernah bilang, istiqomah itu lebih mulia dari karomah. Karomah itu sendiri adalah anugrah dari Tuhan kepada makluk yang dipilih karena mempunyai amalan yang tidak biasa tapi hanya pada periode dan masa yang terbatas. Amalan inilah yang diperuntukan untuk mendapatkan karomah itu. Contohnya, seseorang dengan melakukan puasa mutih tujuh hari tujuh malam supaya mempunyai kekebalan tubuh. Atau seseorang yang bertapa di air terjun untuk mendapatkan kekuatan batin. Dan masih banyak contoh sejenisnya. Istiqomah adalah sebuah bentuk manifestasi tersendiri dari kepercayaan yang ia pegang untuk mencapai sesuatu ataupun mendukung apa yang dicita-citakan itu berhasil. Contohnya, dalam syariat islam diperintahkan untuk mendirikan solat. bukan hanya perintah sholat, tapi  menggunakan pilihan kata mendirikan sholat. Artinya ibadah yang merupakan tiang agama islam tersebut harus dilakukan secara rutin dan setiap waktunya tiba, tidak hanya dilakukan sesaat saja dan setelah itu sudah tidak dilakukan lagi. Kasus dalam keseharian manusia adalah belajar, dalam hadis Nabi diserukan bahwasannya dalam belajar tidak ada batas usia, dari lahir sampai ke liang lahat manusia diperintahkan untuk terus belajar. Disini ada makna penting mengapa tak ada batasan dalam belajar, bahwa belajar itu adalah hal yang sangat penting terus dilakukan manusia untuk berkembang dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang semakin hari semakin terbuka persaingannya. Persaingan untuk berbagi kebaikan, persaingan beramal kepada sesama dan ada juga persaingan untuk mengabdi pada Tuhan.

Dan yang ketiga adalah “the power of doa”. Manusia sebagai abdi tuhan sudah sepantasnya memohon kepadanya. Tuhan yang memberikan manusia kekuatan untuk berkarya. Tuhan yang memberikan ijin kepada manusia untuk mengelola alam. Tanpa ada izin dari Tuhan, sehebat apapun manusia dalam mengelolan sumber daya tak dapat diujudkan. Sebuah karya manusia sebenarnya juga sebagai ujud kekuasan dan keberadaa-NYA. Ada juga keyakinan manusia yang tidak menghiraukan keberadaan Tuhan, atau seseorang yang tidak terlalu menghiraukan formalitas dalam hukum berdoa walaupun sebenarnya dia juga yakin atas kuasa dan ujud-NYA, yaitu doa dianggapnya sebagai bentuk niat dan dorongan spiritualitas jiwa untuk mewujudkan cita dan anganya.

Begitulah mutiara-mutiara yang tak selamanya harus mencarinya di lautan, tapi dengan bersilaturrahim kita juga mendapatkan mutiara-mutiara itu dalam ujud lainya. Suatu ujud yang membuat kita ingat lagi kepada tuhan dan nikmatnya. Trimakasih mamah Nifah. Malam ini sholat isya’ ku nikmat sekali. Mungkin tuhan mengingatkan aku akan keisitiqomahan dalam sholat lewat kawan yang tadi ku telpon berada di rumah kosan milik adiknya di Bandung.

-hp-
                                                                                                           Kutai Kartanegara, Oktober 2012