Jumat, 28 Juni 2013

Monolog Pagi


Bungaku, bunga yang tumbuh organik pada tanah yang penuh bahan sintetik. Bungaku yang organik tumbuh di bawah matari yang terik. Bungaku yang organik, dan tentunya ia juga sempat menghisap yang sintetik. Justru itu ia bukanlah pribadi yang tengik. Ia bisa berkolaborasi dengan lingkungan yang tiap hari makin kecekik oleh plastik.

Bungaku, tidak dipelihara oleh seorang juragan. Bungaku, tidak dipupuk secara sengaja oleh tangan babu rumahan. Bungaku, kamu mengisap nutrisi dalam tanah yang sudah disediakan oleh tuhan. Bungaku, meskipun harus pelan berkembang tapi kamu tahu arah tujuan.

Bungaku, ijinkan aku untuk terus mengisapmu dan membantu menyerbukmu. Supaya kamu terus berkembang dan menyusui bayimu. Bungaku, aku hanya punya tahiku. Mungkin bisa menambah cadangan pupukmu.

Bungaku, tahiku bukanlah seperti tahi yang di pasar. Bungaku, tahiku itu hasil cerna dari sari nectar. Bungaku, tahiku selalu dan akan selalu kuletakkan di dekat mulut akar, supaya kamu tak rumit untuk menelan dan mengejar.

Bungaku, meskipun aku tak selalu hinggap di mahkotamu. tapi aku tak pernah tawar dengan nectar bunga yang lain. Bila tak di mahkotamu, berarti aku sedang menyusun rumah maduku. Dan bila sudah besar, kamu juga akan menyadar, rumah maduku itu hasil dari sarimu.

Bungaku, aku tak ingin menjadi juraganmu. Aku hanya ingin kamu tetap liar dan memproduksi sari untuk kuhisapi. Dan terus kuserbuki untuk menyusui para bayimu nanti.

Bungaku, aku ingin relasi yang setiap hari untuk berbagi dan menyerbuki. Hingga pada suatu saat nanti, nutrisi dan sari tersedia bagai nurani untuk terus kita hisapi.

Bungaku, ini adalah relasi yang tak lepas seperti makluk pertama yang diciptakan oleh yang maha asih. Kasih dan birahi akan memenuhi pada setiap kuncup mahkotamu dan ujung paruhku. Dan pada keduanya, kehidupan dan pengetahuan akan terbentang untuk terus kita jelajah dan selami.

“begitulah pagi tadi, monolog dari seekor lebah remaja yang menunggui waktu duha untuk mengisap bunganya. Saya terharu pada relasi mereka, dan itu saya anggap sebagai petunjuk darinya”

Hp
Kutai kartanegara, 28 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar