Bungaku,
bunga yang tumbuh organik pada tanah yang penuh bahan sintetik. Bungaku yang organik
tumbuh di bawah matari yang terik. Bungaku yang organik, dan tentunya ia juga
sempat menghisap yang sintetik. Justru itu ia bukanlah pribadi yang tengik. Ia
bisa berkolaborasi dengan lingkungan yang tiap hari makin kecekik oleh plastik.
Bungaku,
tidak dipelihara oleh seorang juragan. Bungaku, tidak dipupuk secara sengaja
oleh tangan babu rumahan. Bungaku, kamu mengisap nutrisi dalam tanah yang sudah
disediakan oleh tuhan. Bungaku, meskipun harus pelan berkembang tapi kamu tahu
arah tujuan.
Bungaku,
ijinkan aku untuk terus mengisapmu dan membantu menyerbukmu. Supaya kamu terus
berkembang dan menyusui bayimu. Bungaku, aku hanya punya tahiku. Mungkin bisa
menambah cadangan pupukmu.
Bungaku,
tahiku bukanlah seperti tahi yang di pasar. Bungaku, tahiku itu hasil cerna
dari sari nectar. Bungaku, tahiku selalu dan akan selalu kuletakkan di dekat
mulut akar, supaya kamu tak rumit untuk menelan dan mengejar.
Bungaku,
meskipun aku tak selalu hinggap di mahkotamu. tapi aku tak pernah tawar dengan
nectar bunga yang lain. Bila tak di mahkotamu, berarti aku sedang menyusun
rumah maduku. Dan bila sudah besar, kamu juga akan menyadar, rumah maduku itu
hasil dari sarimu.
Bungaku,
aku tak ingin menjadi juraganmu. Aku hanya ingin kamu tetap liar dan
memproduksi sari untuk kuhisapi. Dan terus kuserbuki untuk menyusui para bayimu
nanti.
Bungaku,
aku ingin relasi yang setiap hari untuk berbagi dan menyerbuki. Hingga pada
suatu saat nanti, nutrisi dan sari tersedia bagai nurani untuk terus kita
hisapi.
Bungaku,
ini adalah relasi yang tak lepas seperti makluk pertama yang diciptakan oleh
yang maha asih. Kasih dan birahi akan memenuhi pada setiap kuncup mahkotamu dan
ujung paruhku. Dan pada keduanya, kehidupan dan pengetahuan akan terbentang
untuk terus kita jelajah dan selami.
“begitulah
pagi tadi, monolog dari seekor lebah remaja yang menunggui waktu duha untuk
mengisap bunganya. Saya terharu pada relasi mereka, dan itu saya anggap sebagai
petunjuk darinya”
Hp
Kutai kartanegara, 28 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar