Antoni,
pagi buta sudah bangun dan mulai menyiapkan untuk memeluk apa yang ia cintai.
Umumnya, untuk yang lain, akan memeluk apa yang dicintai saat terlelap malam.
Tapi Antoni beda, ia masih lajang dan satu-satunya yang ia cintai adalah bahan
hasil olahan tebu, gula pasir. Semut mana yang tidak doyan gula. Semua suka,
tapi ada karakter unik oleh Antoni pada yang ia cintai. Pada kristal gula pasir
ini.
Tak
lupa ia melakukan rutinitas sembah sujud pada sang penciptanya, juga pencipta
yang ia cintai. Pada rutinitas tersebut selalu tak tertinggal ia mengucap rasa
syukur kepada sang hyang karena telah menciptakan sang kekasih dambaan. Gula.
Setelah melakukan sembah sujud,ia olahraga kecil, supaya tak kram bila nanti ia
menikmati kekasihnya.
Antoni,
yang akrab dipanggil Ant juga tak lupa untuk mandi supaya badan terasa lebih
segar. Ia membasuh pada setiap bagian tubuhnya. Ia ingin tampil sempurna di depan
kekasihnya. Meskipun sang Gula juga memahami,ada yang tak sempurna dalam cara
mandinya si Ant. Tapi, Ant selalu tampil berani di depan kekasihnya, Gula. Ant
tampil berani dan percaya diri, karena sudah hitungan ratusan hari ia
mengidentifikasi kekasihnya sebelum ia memutuskan untuk merelakan jatuh hati
pada kekasihnya, Gula.
Ant,
memang jatuh hati pada Gula saat awal-awal jumpa. Tapi Ant menahan, ada kode
etik dalam mencintai. Ada system dalam diri Ant yang tidak menerima ketika ia
harus mengungkapkan perasaanya pada Gula saat itu, saat awal-awal jumpa. Ant tahu,
informasi tentang Gula saat itu validitasnya masih rendah. Tapi Ant juga tahu,
Gula sudah berkekasih atau sedang ada yang memasang bariket, yang secara etika,
yang lain tak boleh masuk pada area di dalam bariket. Kode etik tersebut
sebenarnya hanya ada dalam system diri Ant. Dirinya penuh dengan system, system
akan menolak bila apapun itu tidak sesuai dengan norma-norma dalam kode etik.
Dalam
Ant ini memang agak beda pada dunia yang biasa ada di komuni dan lingkungan
semut. Ant ini masuk dalam katagori semut yang ego. Pada umumnya, semut-semut
yang lain, bila ada gula yang siap santap, terdampar seperti tak bertuan,
meskipun sebenarnya ada tuan, maka semut lainya akan menyantap. Dalam satu kristal
gula, biasanya ia tercipta untuk menerima pinangan dari satu semut, meskipun
kini sudah menjadi wajar bila ada satu semut memiliki sampai dua atau sembilan kristal gula. Bahkan ada yang
mengoleksi sampai satu toples. Sebenarnya ini masuk dalam golongan rasa
memilikinya tinggi, alias rakus. Tapi keseringan ia menggunakan kilah kasihan,
atau bahkan dalil agama.
Ant
punya cara negosiasi, cara negosiasi yang di bawah standard level sarjana. Tapi
ia mulai semua dari apa yang ada dalam dirinya. Ia polos tapi bersistem.
Setelah
ia mengetahui bariket telah terbuka, berarti ia harus menyiapkan diri untuk
berbicara dengan sang Gula, kristas Gula yang sebenarnya dari awal jumpa Ant
telah jatuh hati padanya. Ant melihat kilau kristal Gula yang dapat diajak bercinta
dengan dialog. Ant merasa Gula yang satu ini bukan gula yang dengan asal dapat
diangkut dan dimasukkan dalam toples. Ant mendekat, Ant ingin membelai, tapi ia
menahan. Ant hanya ingin menyampaikan, kalau Ant menyayangi sang Gula. Gula
yang di depanya. Bukan gula yang lainya. Gula yang ada di depanya, suatu kelak
nanti, Gula lebih suka berada di sampingnya, baik di kanan Ant maupun dikiri Ant.
Gula tak ingin dipikul, seperti gula-gula lainya yang seakan tak bisa berjalan
mengimbangi semut pemikul.
Kini
Ant siap berjumpa pada Gula, setelah semalam yang serasa enam bulan tak
berjumpa. Bila berjalan bersama, Gula senang berada di samping kiri semut.
“kamu manis” kata Ant, “iya makasih” sahut sang gula. Dan pada hari itu, Ant
dan gula terus bersama. Walau tak menutup kemungkinan ada gula lain yang slalu
merawat diri untuk diajak jalan bareng Ant, atau firasat Ant juga mengatakan,
akan terus ada semut-semut lainya yang akan menggoda sang Gula. Tapi ini relasi
Semut dan gula yang ego, yang bukan sewajarnya di era kini. Apakah semut dan
gula yang di luar bisa melakukan relasi seperti Ant dan sang Gula. Itu sang
hyang yang maha tahu. Yang Ant dan sang Gula tahu adalah kini mereka telah
bersama, dan pada nanti juga akan terus bersama.
“Mer,,
kamu tidur? cerita Ant dan Gula sampai disitu dulu, malam berikutnya kita
lanjutin” kata Ari yang masih
menggenggam henpon di telinga sisi kananya. “belum tidur kok” jawab Meria di
seberang telepon. “ Ant dalam ceritamu ini ada ngga ya di dunia nyata kita?”
Tanya Meria yang gemar membaca fabel. “ga ada dong sayaaa….ng, itu kan fabel
Merr,,, cerita binatang. Kalau cerita cinta manusia harusnya jangan kalah sama
Ant dong, hheuheu” jawab Ari dengan terkekeh. “ih kamu yaa,, ga lucu kali”
tukas Meria yang sewot. “okeh, udah
malem, sudahi dulu yak telfonanya, besok kita lanjut” kata Ari. “iya udah
malem, besok kamu juga kerja” kata Meria yang kemudian “he eh udah dulu,,, hati-hati di sana”. tuutt…tuutt.
Hp
Kutai Kartanegara, 3 Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar