Pada
meja bundar, yang bisa diisi oleh tiga kursi. Meskipun sebenarnya bila diisi
dengan empat kursi masih bisa. Karena ada satu sisi yang menempel pada dinding,
maka kursi yang muat hanya tiga pada kondisi yang masih nyaman. Pagi ini, saya
sudah duduk ganteng di salah satu kursi yang memeluk meja bundar itu. Duduk
pada sisi yang pas sebelah kanan saya adalah dinding dari kaca. Kaca ini tembus
pandang pada apa yang ada di ruang sebelah. Di seberang kaca adalah ruang Tuan
manajer. Ruang yang selalu panas, juga pada makna sebenarnya. Mesin Panasonic
dengan kekuatan pendingin satu peka tidak terlalu berarti di ruangan ini. Pada
ukuran ruangan tiga kali tiga meter persegi harusnya mesin ini dapat berfungsi
dengan lebih. Tapi, Tuan manajer tidak tahan dengan pendingin. Jadi,
dicuekinlah si pendingin itu. Kasian. Selain itu, ruang ini tak jarang juga
terlihat tatapan mata yang menajam dan percakapan yang menegang.
Masih
pagi, pukul delapan dengan jarum panjang menunjuk pada angka enam. Saya buka
laptop. Buka email melalui outlook, satu menit berjalan, berjejallah email
masuk memenuhi inbox. Ada yang mengirim laporan bulanan, ada juga mengirimkan
form identifikasi masalah atau kalau dalam bahasa system disebut dengan
PICA-Problem identification-Correction Activity. Belum sempat saya koreksi
satu-persatu isi email, “kriiing-kriiing-kriiing” nada telpon tua berbunyi. Itu
henpon saya yang berdering, henpon tua dengan nada dering yang sesuai. “oh
telpon darimu” gumam saya. Kuambil henpon, dan bergegas menuju tempat yang lebih
kondusif. Ruang sebelah kanan saya yang nrawang dari tempat duduk saya, yang
berpendingin dan selalu dianggurin oleh suhunya, adalah tempat yang pagi ini
cukup kondusif. Tuan manajer belum hadir, dan saya bercakap ria dengan kamu
yang sedang praktik di gunung Halimun sana. Di ruang yang dari luar bisa
ditrawan, saya mencumbumu.
“halo,,pagi…”
dan berpanjang kali lebar kali tinggi lah obrolan kami. Kabar, aktivitas apa,
sarapan dengan apa, dan sampai saling memberi pesan untuk saling jaga kondisi.
“iya kamu hati-hati, jaga bodi, di lapang itu keras kayak roti..hhaha” pesan
saya sebelum akhirnya telpon kami akhiri.
Bukan
panjang kali lebar kali tinggi yang akan saya tulis di halaman ini, tak akan
lama seperti yang ada dalam obrolan kami. Saya dan kamu. Kamu yang sedang ada
di gunung Halimun. Saya hanya mau bilang, ruang yang nrawang di sebelah kanan
kursi saya ternyata bisa juga berhawa adem dan menyejukkan. Sejuk saat bukan
sang suhu yang menempati, tapi saat saya bercakap dengan kamu, melalui telepon
pagi itu.
Hp
Kutai Kartanegara, Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar