Sabtu, 13 Juli 2013

Ruang yang nrawang


Pada meja bundar, yang bisa diisi oleh tiga kursi. Meskipun sebenarnya bila diisi dengan empat kursi masih bisa. Karena ada satu sisi yang menempel pada dinding, maka kursi yang muat hanya tiga pada kondisi yang masih nyaman. Pagi ini, saya sudah duduk ganteng di salah satu kursi yang memeluk meja bundar itu. Duduk pada sisi yang pas sebelah kanan saya adalah dinding dari kaca. Kaca ini tembus pandang pada apa yang ada di ruang sebelah. Di seberang kaca adalah ruang Tuan manajer. Ruang yang selalu panas, juga pada makna sebenarnya. Mesin Panasonic dengan kekuatan pendingin satu peka tidak terlalu berarti di ruangan ini. Pada ukuran ruangan tiga kali tiga meter persegi harusnya mesin ini dapat berfungsi dengan lebih. Tapi, Tuan manajer tidak tahan dengan pendingin. Jadi, dicuekinlah si pendingin itu. Kasian. Selain itu, ruang ini tak jarang juga terlihat tatapan mata yang menajam dan percakapan yang menegang.

Masih pagi, pukul delapan dengan jarum panjang menunjuk pada angka enam. Saya buka laptop. Buka email melalui outlook, satu menit berjalan, berjejallah email masuk memenuhi inbox. Ada yang mengirim laporan bulanan, ada juga mengirimkan form identifikasi masalah atau kalau dalam bahasa system disebut dengan PICA-Problem identification-Correction Activity. Belum sempat saya koreksi satu-persatu isi email, “kriiing-kriiing-kriiing” nada telpon tua berbunyi. Itu henpon saya yang berdering, henpon tua dengan nada dering yang sesuai. “oh telpon darimu” gumam saya. Kuambil henpon, dan bergegas menuju tempat yang lebih kondusif. Ruang sebelah kanan saya yang nrawang dari tempat duduk saya, yang berpendingin dan selalu dianggurin oleh suhunya, adalah tempat yang pagi ini cukup kondusif. Tuan manajer belum hadir, dan saya bercakap ria dengan kamu yang sedang praktik di gunung Halimun sana. Di ruang yang dari luar bisa ditrawan, saya mencumbumu.

“halo,,pagi…” dan berpanjang kali lebar kali tinggi lah obrolan kami. Kabar, aktivitas apa, sarapan dengan apa, dan sampai saling memberi pesan untuk saling jaga kondisi. “iya kamu hati-hati, jaga bodi, di lapang itu keras kayak roti..hhaha” pesan saya sebelum akhirnya telpon kami akhiri.

Bukan panjang kali lebar kali tinggi yang akan saya tulis di halaman ini, tak akan lama seperti yang ada dalam obrolan kami. Saya dan kamu. Kamu yang sedang ada di gunung Halimun. Saya hanya mau bilang, ruang yang nrawang di sebelah kanan kursi saya ternyata bisa juga berhawa adem dan menyejukkan. Sejuk saat bukan sang suhu yang menempati, tapi saat saya bercakap dengan kamu, melalui telepon pagi itu.

Hp
Kutai Kartanegara, Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar