Jadi
ceritanya saya agak terburu-buru. Melihat jarum arloji di angka dua lebih dikit
pada jarum pendek, di angka jarum panjang, dan kebetulan arloji saya tidak
berjarum panjang berwarna merah. Pada arloji saya penunjuk jarum panjang merah
disajikan dengan digital. Pada waktu jarum arloji tersebut saya belum sholat
dhuhur. Langsung saya ke kamar mandi untuk menyucikan muka dan bagian-bagian
lain supaya lebih segar. Di rumah ini, tak ada tempat khusus untuk berwudu,
jadi saya melakukanya di kamar mandi.
Basuhan
demi basuhan terus berproses, wajah, lengan sampai batas siku, bagian dari
kulit kepala, sisi dalam dan luar telinga. Dan pada saat prosesi segera
berakhir, yaitu pada basuhan kaki, terdengar “brok brok brok” gedoran pintu
kamar mandi oleh seorang kawan, dan “cor cor cor,, cepet woy” tak puas dengan
tabokan pada pintu, kawan juga sampai teriak-teriak memberi kode. “Wah lagi
kebelet dia”, gumam dalam hati saya, dan sebenarnya belum benar-benar tuntas
prosesi wudu saya. Basuhan ulangan terakhir selesai, dan sebagai pengguna kamar
mandi yang baik dan bijak, saya tak melakukan keisengan dengan sengaja
berlama-lama di kamar mandi saat temen yang mengantri dengan sinyalemen
“kebelet”. Selain itu, ini kamar mandi pemilik sebenarnya adalah kawan, saya
hanya menumpang beberapa malam untuk berkunjung di kota yang kini makin
menghangat.
Dengan
bagian-bagian tubuh yang terekspose yang masih basah, saya membuka pintu dari
dalam, dan secara mendadak iman saya menanjak beribu kali lipat, saya meyakini
seyakin-yakinya, bahwa tuhan memang benar-benar maha asyik. Karena, tanpa saya
sangka, berdirilah wanita di depan pintu, yang kepalanya berbalut kain petak
warna merah, sangat merona dan menggoda. Di tanganya dengan jemari mucuk ri klampis, ia membawa kue yang
didominasi dengan warna cokelat dan bertulis serta terdapat dua batang lilin
langsing yang sudah dinyalakan. Saya tiup dan saya kecup. Lilin yang memberi
terang lorong depan kamar mandi dan ubun-ubun yang berlapis kain petak merah.
Dan
kawan yang saya kira sedang kabelet, ternyata sudah siap siaga dengan kamera
semi pro di tanganya. Ahh saya tertipu, dan ahh ini manis sekali. Tuhan
mengijinkan air wudluku untuk memeluknya, memeluk dalam rasa dan sujud pada mu
setelah kembali mengambil wudlu.
Ahh
begitu saja ceritanya, tak usah pake lama. Nanti malah ada yang suka berharap
bila keluar dari kamar mandi di luar pintu sudah ditunggui manusia dengan
kejutan yang begitu sangat mengejutkan. Terimakasih, kamu.
Hp
Kutai Kartanegara, 10 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar