Manisnya
seperti kamu. yang ke tujuh untuk tanggal empat belas. Pas seperti tatanan yang
kamu pernah katakan “aku suka angka tujuh dan empat belas adalah angka
penyempurna”. Di tambah lagi, malam ini adalah malam dimana setiap pemegang
tauhid islam bertasbih, bertahmid dan bertahlil.
Idul
qurban. Seperti hikayat yang telah tercerita dalam kitab suci. Ismail
mengorbankan dirinya untuk disembelih oleh ayahnya sendiri. di mata Ibrahim
juga sama, ia mengorbankan anaknya untuk disembelih karena hal tersebut adalah
perintah tuhan, Allah. Tapi apakah iya, semua itu hanyalah pengorbanan?, tidak,
mereka melakukan atas dasar kasih pada tuhanya. Tidak ada yang dikorbankan.
Ismail merasa bahagia saat ia menjadi pilihan tuhan. Dan Ibrahim juga tawadhu
untuk melakukan perintah Tuhan. Dan tenyata apa yang terjadi saat mereka
melakukan perintah tuhan dengan dasar kasih? Ismail dipanggil ke surga, dan di
hadapan Ibrahim adalah bukan seorang anak tapi seekor kambing yang cukup usia
untuk disembelih sebagai media berbagi kasih pada sesama.
Disitu
nilainya, bukan perihal berkurban dan mengorbankan, tapi lebih ke hal apa yang
dapat kita bagi dari cinta yang di punyai, dari rasa kasih pada sesama. Bila
hari ini ada seorang membawa sapi ke lapangan masjid untuk berkurban, dengan
merasa mengurangi jatah rejekinya untuk melakukan perintah tuhan, maka,
segeralah perbaiki tingkat cinta dan kasih mu pada tuhan, rejeki, dan sesama.
Sesuatu
yang membuat seorang bahagia maka ia tak pernah terbesit apa itu arti kurban
atau pengorbanan. Memang ada juga adagium yang mengatakan “cinta itu butuh
pengorbanan”, tapi itu adagium umat yang masih menilai amalan dengan
perhitungan kalkulator. Beda hal bila seorang melakukan karena pondasi yang
terbangun adalah rasa kasih dan cinta. Ia selalu bahagia bila melakukan itu
untuk apa yang ia cintai. Begitupun rasa seorang pada seorang yang ia cintai,
tak ada juga dalam kamus istilah berkorban, yang ada adalah bahagia, senang,
dan banyak ungkapan yang tak terdefinisi dengan bahasa verbal saat ia melakukan
sesuatu pada seorang yang ia cintai.
Terimakasih
kamu, ke tujuh untuk tanggal empat belas ini. Sirami, supaya terus tumbuh dan
pada masanya maka akan berbuah. Berbuah bukan hanya untuk hal yang generative
bagi pohon, tapi juga untuk berbagi kasih pada burung-burung, kupu-kupu,
bajing, kampret, bahkan cacing yang ada di lantai pohon yang siap melebur buah
ketika jatuh untuk menjadikan tanah semakin gembur dan subur.
Bila
kata Sujiwo Tejo, saat kata cinta tak dapat mewakili apa yang kamu rasa, maka
yang bisa ku ucap adalah “aku uci pada Mu”
hp
Separe, 14 Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar