Selasa, 15 Oktober 2013

14 yang ke 7


Manisnya seperti kamu. yang ke tujuh untuk tanggal empat belas. Pas seperti tatanan yang kamu pernah katakan “aku suka angka tujuh dan empat belas adalah angka penyempurna”. Di tambah lagi, malam ini adalah malam dimana setiap pemegang tauhid islam bertasbih, bertahmid dan bertahlil.

Idul qurban. Seperti hikayat yang telah tercerita dalam kitab suci. Ismail mengorbankan dirinya untuk disembelih oleh ayahnya sendiri. di mata Ibrahim juga sama, ia mengorbankan anaknya untuk disembelih karena hal tersebut adalah perintah tuhan, Allah. Tapi apakah iya, semua itu hanyalah pengorbanan?, tidak, mereka melakukan atas dasar kasih pada tuhanya. Tidak ada yang dikorbankan. Ismail merasa bahagia saat ia menjadi pilihan tuhan. Dan Ibrahim juga tawadhu untuk melakukan perintah Tuhan. Dan tenyata apa yang terjadi saat mereka melakukan perintah tuhan dengan dasar kasih? Ismail dipanggil ke surga, dan di hadapan Ibrahim adalah bukan seorang anak tapi seekor kambing yang cukup usia untuk disembelih sebagai media berbagi kasih pada sesama.

Disitu nilainya, bukan perihal berkurban dan mengorbankan, tapi lebih ke hal apa yang dapat kita bagi dari cinta yang di punyai, dari rasa kasih pada sesama. Bila hari ini ada seorang membawa sapi ke lapangan masjid untuk berkurban, dengan merasa mengurangi jatah rejekinya untuk melakukan perintah tuhan, maka, segeralah perbaiki tingkat cinta dan kasih mu pada tuhan, rejeki, dan sesama.

Sesuatu yang membuat seorang bahagia maka ia tak pernah terbesit apa itu arti kurban atau pengorbanan. Memang ada juga adagium yang mengatakan “cinta itu butuh pengorbanan”, tapi itu adagium umat yang masih menilai amalan dengan perhitungan kalkulator. Beda hal bila seorang melakukan karena pondasi yang terbangun adalah rasa kasih dan cinta. Ia selalu bahagia bila melakukan itu untuk apa yang ia cintai. Begitupun rasa seorang pada seorang yang ia cintai, tak ada juga dalam kamus istilah berkorban, yang ada adalah bahagia, senang, dan banyak ungkapan yang tak terdefinisi dengan bahasa verbal saat ia melakukan sesuatu pada seorang yang ia cintai.

Terimakasih kamu, ke tujuh untuk tanggal empat belas ini. Sirami, supaya terus tumbuh dan pada masanya maka akan berbuah. Berbuah bukan hanya untuk hal yang generative bagi pohon, tapi juga untuk berbagi kasih pada burung-burung, kupu-kupu, bajing, kampret, bahkan cacing yang ada di lantai pohon yang siap melebur buah ketika jatuh untuk menjadikan tanah semakin gembur dan subur.

Bila kata Sujiwo Tejo, saat kata cinta tak dapat mewakili apa yang kamu rasa, maka yang bisa ku ucap adalah “aku uci pada Mu”

hp
Separe, 14 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar