Senin, 30 Desember 2013

Seruni



Suara “bip bip bip” dari ponsel pintar dalam saku baju sisi kiri berbunyi. Ternyata telfon dari seorang pekerja di nursery tempat saya penelitian dimasa mahasiswa dulu. “Halo… Apa kabar Pak?” sambut ia dari sebrang dengan ramah, dari beberapa percakapan ia memberi kabar bahwa sekarang sudah pindah kerja. Berbekal ijazah SMK Pertanian dari salah satu kota di jawa bagian timur, ia merantau menjadi tenaga kerja di nurseri, dan kini ia sudah alih keahlian. Menjadi driver Dump Truck pada perusahaan batubara di kabupaten Berau adalah yang ia pilih, demi penghidupan anak istri yang lebih baik.

“Pak, di sini, di sepanjang jalan hauling ditanami tanaman rambat yang berbunga kuning, cantik pak” sambar ia dengan semangat memulai cerita tentang tanaman rambat di pinggir jalan hauling tempat ia setiap hari hilir-mudik dengan bongkahan-bongkahan batu hitam di pundak DT-nya. “Tanaman apa Pak Kun?” Tanya saya kepadanya. Dan kemudian kami bercerita tentang tanaman berbunga kuning, ia tak sekali pun menyebut nama tanaman tersebut. Ia banyak memberi gambaran tentang bentuk tanaman itu lengkap dengan bentuk bunga dan formasi letak daunya yang alternate.

“Berbunga seperti kembang kalau di jawa  ada Kenikir itu lhoo Pak Cuk, tapi dia ga tinggi seperti kembang Kenikir. Merambat dengan membentuk kerumunan tebal pada tanggul atau sempadan jalan hauling, dan kalau pas berbunga seragam Pak Cuk, kuning bunganya, bagus, kayak di taman perkotaan”. Penjelasan dengan logat jawanya yang detail, dan yang tidak berubah darinya adalah cara memanggil saya, Cokro, nama pendek saya, tapi ia dulu suka manggilnya Pak Cuk, “kan beda tipis antara Cok dan Cuk, apalagi bapak pernah bilang kalau jancuk is not fuck, jadi ya sekalian saya panggil bapak dengan Pak Cuk” itulah yang dulu ia bilang kepada saya, dan kini pun ia istiqomah dengan hal itu.

“Daunya bergerigi atau bulat-meruncing Pak?” Tanya saya kepada Pak Kun. Dan kemudian ia menjelaskan kembali dengan lebih rinci. Berbunga seperti bunga kenikir, daun bergerigi, batang merambat dan bercabang, berbunga serentak. Dalam benak saya hanya tinggal satu jenis tanaman yang akan saya keluarkan untuk hasil identifikasi lewat informasi audio ini. Dari sekian alinea yang ia jabarkan tentang tanaman tersebut, tebakan saya adalah pada tanaman yang memang masuk dalam keluarga kenikir-kenikiran. Tapi saya belum memastikan, dari pada asbun atau asal bunyi, saya minta ke Pak Kun untuk mengirim gambar via bbm. Ya,,,, betul apa praduga tak bersalah saya kepada si tanaman yang molek nan cantik di pinggir jalan angkut batubara yang ada di area kerja Pak Kun.

Betul, bunga ini dari famili kenikir-kenikiran memang, jadi tak salah bila Pak Kun menyebutnya mirip dengan bunga kenikir yang biasa digunakan untuk kulub/sayur di jawa sana. Secara taksonomi ia adalah genus Chrysanthemum dan dari famili Asteraceae. Tanaman ini berasal dari daratan asia timur, khususnya adalah Cina. Menurut satu sumber toko bunga on line bahwa tanaman ini menyebar di eropa dengan sangat cepat.

Selain ciri yang sudah disebutkan oleh Pak Kun di telepon, tanaman ini juga mempunyai ciri pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap kekeringan dan mampu tumbuh pada lahan kritis. Tanaman ini secara estetika bagus, bahkan, umumnya tanaman ini memang digunakan untuk tanaman hias. Bunganya yang di panen digunakan untuk hiasan rangkaian bunga , campuran teh dan lain sebagainya. Dan tanaman ini indah bila ditanam untuk taman jalan kota. Tetapi apabila diterapkan untuk tanaman tanggul di area tambang, seperti yang diceritakan oleh Pak Kun, ini perlu ditinjau kembali. Karena penanaman di area tambang selain membutuhkan karakter tanaman pioneer dan catalytic, ia juga tak berasal dari invasive alien species.

Memang belum ada atau memang saya yang belum menemukan literaturnya, bahwa tanaman ini masuk dalam katagori alien species yang bersifat invasive. Tidak semuanya yang dari luar itu bersifat invasive, meski pun baru-baru ini genre music K-Pop telah tumbuh dan menginvasi genre-genre musik yang lebih dulu eksis di Indonesia. Tapi music asli Indonesia kini juga sudah banyak di medley dengan genre lainya. Ingat lagunya Bondan feat 2 Black yang Kroncong Protol, itu Indonesia banget. Atau lagunya Gigi yang Garis lini dimana Dewa Budjana dkk menggunakan intro lagu itu dengan music tradisional aceh. Iya, kini musisi Indonesia sudah pede dengan musiknya sendiri.

Jenis dari luar dan bersifat invasive, atau biasa disebut Invasive alien species/IAS. Ia tumbuh dengan cepat. Melalui pecahnya kotiledon, atau tunas dari akar lateral. Plumula yang cepat menjadi daun kemudian bertunas lagi dan menjadi daun lagi. Terus tumbuh dan sangat cepat. Ia hirau dengan tetangga sebelah. Yang ia ingini adalah cepat tumbuh, merambah, dan mendapatkan area konsesi yang luas. Ia lupa, bila keseimbangan alam adalah karena keanekaragaman. Dan ia hanya ingin tumbuh untuk diri sendiri.

Ada berbagai pendapat tentang IAS. Tanaman yang berlabel IAS ini berasal dari luar, yang masuk dengan sengaja maupun dengan tidak disengaja. Umumnya jenis tanaman yang dibawa ke dalam adalah untuk kepentingan positif, seperti mangium untuk produksi kayu sebagai bahan bubur kertas.Salah satu Doktor dari lembaga di bawah naungan kemeterian pendidikan se Asia tenggara yang berkedudukan dekat dengan pusat belanja tas di Bogor, Dr Sri Sudarmiyati, pernah berkata langsung kepada saya bahwa penanaman alien species pada area konsesi tambang sangat tidak dianjurkan. Tanaman IAS beresiko menghambat tanaman lainya untuk tumbuh. Dan ini berpotensi tanaman IAS akan mendominasi areal. Keseragaman jenis pada reklamasi pasca tambang adalah hal yang sangat dihindari. Karena puncak dari reklamasi adalah mengembalikan keanekaragaman asli.

Lain lagi pendapat salah satu Doctor dari kampus negeri di Samarinda, Dr Sukartiningsih. Menurutnya penanaman alien species boleh-boleh saja asal ada pemeliharaan. Alien species akan menjadi invasive apabila tidak ada pemeliharaan. Seperti jenis akasia di baluran yang tujuan awalnya adalah untuk sekat bakar, tapi malah menjadi gulma karena menginvasi area savana di sana. Tapi itu Akasia nilotica, tanaman berbunga kuning ini mungkin berbeda, tapi mungkin juga serupa sifatnya. Yang jelas ia sama dengan akasia, yaitu alien species.

Dan pada penghujung telpon “Oh iya Pak Cuk, itu namanya seruni. Baru inget sayanya . .hhiihi” jawab Pak Kun yang sebenarnya pertanyaan ini terlepas dari saya sejak 73 menit yang lalu, dan iya tambahkan senyum seringai setelah bilang nama tanaman tersebut. Dan beberapa menit setelah iya ingat akan nama seruni, iya meminta ijin untuk menyudahi telefon. “terimakasih Pak Cuk, saya jadi ingat nama tanaman tersebut. Main-main ya pak kalau nanti singgah ke Berau” dan kemudian ia menutup telefonya. Dan saya sungguh lebih menjadi tidak faham, sebenarnya ia bercerita tentang seruni untuk memberi info atau sesungguhnya ia hanya sekedar cari kawan diskusi untuk mengingat-ingat salah satu tanaman yang ia lupa, maklum sudah lama ia tak bersentuhan dengan dunia tanaman dan lebih ke Truck yang tinggi rodanya sebelas-duabelas dengan tinggi badanya.

Hp

Tenggarong Seberang, Desember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar