Suara
“bip bip bip” dari ponsel pintar dalam saku baju sisi kiri berbunyi. Ternyata
telfon dari seorang pekerja di nursery tempat saya penelitian dimasa mahasiswa
dulu. “Halo… Apa kabar Pak?” sambut ia dari sebrang dengan ramah, dari beberapa
percakapan ia memberi kabar bahwa sekarang sudah pindah kerja. Berbekal ijazah
SMK Pertanian dari salah satu kota di jawa bagian timur, ia merantau menjadi
tenaga kerja di nurseri, dan kini ia sudah alih keahlian. Menjadi driver Dump Truck pada perusahaan
batubara di kabupaten Berau adalah yang ia pilih, demi penghidupan anak istri
yang lebih baik.
“Pak,
di sini, di sepanjang jalan hauling
ditanami tanaman rambat yang berbunga kuning, cantik pak” sambar ia dengan
semangat memulai cerita tentang tanaman rambat di pinggir jalan hauling tempat ia setiap hari
hilir-mudik dengan bongkahan-bongkahan batu hitam di pundak DT-nya. “Tanaman
apa Pak Kun?” Tanya saya kepadanya. Dan kemudian kami bercerita tentang tanaman
berbunga kuning, ia tak sekali pun menyebut nama tanaman tersebut. Ia banyak
memberi gambaran tentang bentuk tanaman itu lengkap dengan bentuk bunga dan
formasi letak daunya yang alternate.
“Berbunga
seperti kembang kalau di jawa ada
Kenikir itu lhoo Pak Cuk, tapi dia ga tinggi seperti kembang Kenikir. Merambat
dengan membentuk kerumunan tebal pada tanggul atau sempadan jalan hauling, dan
kalau pas berbunga seragam Pak Cuk, kuning bunganya, bagus, kayak di taman
perkotaan”. Penjelasan dengan logat jawanya yang detail, dan yang tidak berubah
darinya adalah cara memanggil saya, Cokro, nama pendek saya, tapi ia dulu suka
manggilnya Pak Cuk, “kan beda tipis antara Cok dan Cuk, apalagi bapak pernah
bilang kalau jancuk is not fuck, jadi
ya sekalian saya panggil bapak dengan Pak Cuk” itulah yang dulu ia bilang kepada
saya, dan kini pun ia istiqomah dengan hal itu.
“Daunya
bergerigi atau bulat-meruncing Pak?” Tanya saya kepada Pak Kun. Dan kemudian ia
menjelaskan kembali dengan lebih rinci. Berbunga seperti bunga kenikir, daun
bergerigi, batang merambat dan bercabang, berbunga serentak. Dalam benak saya
hanya tinggal satu jenis tanaman yang akan saya keluarkan untuk hasil
identifikasi lewat informasi audio ini. Dari sekian alinea yang ia jabarkan
tentang tanaman tersebut, tebakan saya adalah pada tanaman yang memang masuk
dalam keluarga kenikir-kenikiran. Tapi saya belum memastikan, dari pada asbun
atau asal bunyi, saya minta ke Pak Kun untuk mengirim gambar via bbm. Ya,,,,
betul apa praduga tak bersalah saya kepada si tanaman yang molek nan cantik di
pinggir jalan angkut batubara yang ada di area kerja Pak Kun.
Betul,
bunga ini dari famili kenikir-kenikiran memang, jadi tak salah bila Pak Kun
menyebutnya mirip dengan bunga kenikir yang biasa digunakan untuk kulub/sayur di jawa sana. Secara
taksonomi ia adalah genus Chrysanthemum
dan dari famili Asteraceae. Tanaman ini berasal dari daratan asia timur,
khususnya adalah Cina. Menurut satu sumber toko bunga on line bahwa tanaman ini menyebar di eropa dengan sangat cepat.
Selain
ciri yang sudah disebutkan oleh Pak Kun di telepon, tanaman ini juga mempunyai
ciri pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap kekeringan dan mampu tumbuh pada
lahan kritis. Tanaman ini secara estetika bagus, bahkan, umumnya tanaman ini
memang digunakan untuk tanaman hias. Bunganya yang di panen digunakan untuk
hiasan rangkaian bunga , campuran teh dan lain sebagainya. Dan tanaman ini
indah bila ditanam untuk taman jalan kota. Tetapi apabila diterapkan untuk
tanaman tanggul di area tambang, seperti yang diceritakan oleh Pak Kun, ini
perlu ditinjau kembali. Karena penanaman di area tambang selain membutuhkan
karakter tanaman pioneer dan catalytic, ia juga tak berasal dari invasive alien species.
Memang
belum ada atau memang saya yang belum menemukan literaturnya, bahwa tanaman ini
masuk dalam katagori alien species yang
bersifat invasive. Tidak semuanya
yang dari luar itu bersifat invasive,
meski pun baru-baru ini genre music K-Pop telah tumbuh dan menginvasi
genre-genre musik yang lebih dulu eksis di Indonesia. Tapi music asli Indonesia
kini juga sudah banyak di medley dengan genre lainya. Ingat lagunya Bondan feat
2 Black yang Kroncong Protol, itu Indonesia banget. Atau lagunya Gigi yang
Garis lini dimana Dewa Budjana dkk menggunakan intro lagu itu dengan music
tradisional aceh. Iya, kini musisi Indonesia sudah pede dengan musiknya
sendiri.
Jenis
dari luar dan bersifat invasive, atau biasa disebut Invasive alien species/IAS. Ia tumbuh dengan cepat. Melalui
pecahnya kotiledon, atau tunas dari akar lateral. Plumula yang cepat menjadi
daun kemudian bertunas lagi dan menjadi daun lagi. Terus tumbuh dan sangat
cepat. Ia hirau dengan tetangga sebelah. Yang ia ingini adalah cepat tumbuh,
merambah, dan mendapatkan area konsesi yang luas. Ia lupa, bila keseimbangan
alam adalah karena keanekaragaman. Dan ia hanya ingin tumbuh untuk diri
sendiri.
Ada
berbagai pendapat tentang IAS. Tanaman yang berlabel IAS ini berasal dari luar,
yang masuk dengan sengaja maupun dengan tidak disengaja. Umumnya jenis tanaman
yang dibawa ke dalam adalah untuk kepentingan positif, seperti mangium untuk
produksi kayu sebagai bahan bubur kertas.Salah satu Doktor dari lembaga di
bawah naungan kemeterian pendidikan se Asia tenggara yang berkedudukan dekat
dengan pusat belanja tas di Bogor, Dr Sri Sudarmiyati, pernah berkata langsung
kepada saya bahwa penanaman alien species
pada area konsesi tambang sangat tidak dianjurkan. Tanaman IAS beresiko
menghambat tanaman lainya untuk tumbuh. Dan ini berpotensi tanaman IAS akan
mendominasi areal. Keseragaman jenis pada reklamasi pasca tambang adalah hal
yang sangat dihindari. Karena puncak dari reklamasi adalah mengembalikan
keanekaragaman asli.
Lain
lagi pendapat salah satu Doctor dari kampus negeri di Samarinda, Dr
Sukartiningsih. Menurutnya penanaman alien
species boleh-boleh saja asal ada pemeliharaan. Alien species akan menjadi
invasive apabila tidak ada pemeliharaan. Seperti jenis akasia di baluran yang
tujuan awalnya adalah untuk sekat bakar, tapi malah menjadi gulma karena
menginvasi area savana di sana. Tapi itu Akasia
nilotica, tanaman berbunga kuning ini mungkin berbeda, tapi mungkin juga
serupa sifatnya. Yang jelas ia sama dengan akasia, yaitu alien species.
Dan
pada penghujung telpon “Oh iya Pak Cuk, itu namanya seruni. Baru inget sayanya
. .hhiihi” jawab Pak Kun yang sebenarnya pertanyaan ini terlepas dari saya
sejak 73 menit yang lalu, dan iya tambahkan senyum seringai setelah bilang nama
tanaman tersebut. Dan beberapa menit setelah iya ingat akan nama seruni, iya
meminta ijin untuk menyudahi telefon. “terimakasih Pak Cuk, saya jadi ingat
nama tanaman tersebut. Main-main ya pak kalau nanti singgah ke Berau” dan
kemudian ia menutup telefonya. Dan saya sungguh lebih menjadi tidak faham,
sebenarnya ia bercerita tentang seruni untuk memberi info atau sesungguhnya ia
hanya sekedar cari kawan diskusi untuk mengingat-ingat salah satu tanaman yang
ia lupa, maklum sudah lama ia tak bersentuhan dengan dunia tanaman dan lebih ke
Truck yang tinggi rodanya sebelas-duabelas dengan tinggi badanya.
Hp
Tenggarong Seberang, Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar