Minggu sekitar pukul tigapuluhan menit
sebelum sholat asar kira-kira. Bersama tiga kawan aku masuk ke kedai kopi yang
kata beberapa rekan sekantor cukup cozy penampilan dan sajian kopinya. “silakan
duduk bapak” sapa pelayan kedai yang pingin langsung ku koreksi, serasa
langsung mau ngebales “mas saja mbak, belum punya anak kok” tapi mulut ada yang
mengunci, jadi tak sampai terucap ke pelayan yang barusan mempersilahkan duduk
dengan buku menu yang ia berikan dengan sopan. Mungkin kami adalah pelanggan
hari itu yang kesekian puluh, jadi kira-kira pelayan melakukan hal yang sama,
kata sapaan-senyum dan gerak tangan yang sama juga kepada para pengunjung
lainya.
“Kopi apa mbak yang andalan di sini?”
Tanyaku sambil lihat-lihat menu kopi di buku yang besarnya nyaris segede
lampiran peta reklamasi di RKTTL, A3. “Ada cappuccino bapak,, atau ada juga
decaf” jawab mbak-mbak dengan lembar kertas catatan di tangan kanan dan pulpen
di tangan kiri. “cappuccino satu mbak ya” seloroh kawan saya yang penasaran
dengan kembang-kembang taburan serbuk kayu manis pada permukaan cappuccino di
foto-foto buku menu. “Decaf mbak ya, satu, gula pasir dipisah” pesan ku yang
langsung dicatat dengan pulpen di tangan kiri dan kertas catat di tangan kanan.
Sembari menunggu kopi yang dipesan, bang Cokro memecah kesibukan masing-masing
kami yang sedang asik dengan gadget ataupun aku yang sekedar melihat-lihat
hasil jepretan di bukit Bengkirai pagi tadi. “Mas, tadi waktu di bukit
bengkirai pohonya gede-gede, yang ditanam di tempat kita kok ga ada yang kaya
gitu ya?”. “Bakal ada kok bang yang gede-gede kayak yang tadi, tapi untuk
stimulan di awal yang kita tanam adalah jenis-jenis yang cepet tumbuh dulu”. “Kenapa
ga langsung nanem yang jenis gede-gede gitu mas?” Tanya lagi bang Cokro.
Pada dasarnya tanaman lokal setempat
adalah yang utama, tapi karena kondisi tanah yang kritis membuat tanaman lokal
sulit untuk tumbuh. Sehingga untuk mereka-reka supaya dapat mencapai titik maksimum
tumbuh untuk tanaman lokal adalah dengan membentuk iklim mikro tempat tumbuh
tanaman lokal terlebih dulu. Seperti yang sudah diketahui, lahan atau tanah
bekas tambang memiliki sifat yang tidak toleran bagi tanaman, kecuali dengan
perlakuan-perlakuan terlebih dulu.
“Tanaman yang daunya kayak “love” yang
banyak ditanam di pinggir jalan hauling itu jenis apa mas?” bang Cokro yang
seorang geologis ternyata juga penasaran dengan suatu hal yang hayati, ia
penasaran dengan macam jenis tanaman yang ada di lokasi kerjanya. “ohh,,, itu,,
waru itu bang”. Waru atau Hibiscus
tiliaceus. Suka tumbuh di tanah berpasir dan dekat air. Tanaman berkayu
ringan, tapi bila tepat penggunaanya akan memiliki khasiat yang baik untuk bumi dan isinya. Waru, tinggi
pohon sampai 15 m. batang berkayu, bulat bercabang dan warna batang coklat
dominan putih. Bentuk daun seperti jantung atau “love”, tunggal dan bertangkai,
permukaan atas berwarna hijau dan permukaan bawah berwarna abu-abu. Bunga
berdiri sendiri dan 2-5 bunga dalam satu tandan, bertaju 8-11 buah, berwarna
kuning dengan bercak ungu pada bagian dalam. Semakin tua umur bunga, mahkota bunga
semakin berwarna kemerahan. Buah bulat telur, berambut lebat, beruang lima,
panjang sekitar 3 cm dan berwarna cokelat. Biji kecil dan berwarna cokelat
muda.
Waru memiliki sifat yang resisten
terhadap genangan (water lock) dan kondisi tanah yang sangat kompak. Ia mampu
tumbuh pada area yang tidak memiliki lapisan tanah pada profil O, A, atau B. Pada
lapisan overburden yang memiliki sifat
sandstone ia mampu tumbuh dengan baik
dengan bantuan pemupukan kompos dan NPK. Karakter semacam ini tidak banyak
dimiliki oleh tanaman lainya. Pada area waterlock
ia juga mampu tumbuh dengan baik, genangan yang tidak sampai menelan struktur
tubuh Waru keseluruhan tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan Waru. Mata
tunas yang tidak tergenang air akan terus melakukan pertumbuhan membentuk tunas
dan membentuk cabang baru.
Waru pada sisi lain juga memiliki
khasiat untuk kesehatan. Info kesehatan dari salah satu sumber di terapisehat.com
Waru memiliki khasiat dalam dunia medis. Diantaranya adalah daun waru yang
berkhasiat untuk pengobatan penyakit paru-paru, batuk, sesak nafas, radang
amandel, berak darah dan keracunan singkong.
“sruptt…” kondisi hening sejenak dari
sela-sela obrolan siang itu membuat suara tegukan khas kopi begitu jelas di
gendang telinga. Kopi selalu memberi kesegaran tersendiri, baik jenis arabica,
robusta atau jenis apapun, bahkan jenis yang kadar kafeinya sudah banyak
dihilangkan. Sruputan decaf sore itu menyambungkan pada obrolan Waru di kedai
tengah bangunan tempat perbelanjaan di kota beruang madu itu. Decaf, dimana
kadar kafeinya sudah sangat rendah, ringan untuk dinikmati dan memiliki rasa tersendiri untuk disaji sore
hari, sore di musim libur hanya butuh santai, bukan seperti akhir bulan
kalender kerja yang melulu dikejar-kejar oleh progress pekerjaan. Decaf adalah
jenis racikan kopi yang juga toleran pada tubuh yang sudah tidak mau menerima
kandungan kafein yang terlalu tinggi. Waru juga. Pohon yang memiliki masa jenis
kayu ringan ini dulu para tukang kayu abai denganya, tapi ia memiliki potensi
tersendiri. Waru sangat relevan untuk ditanam pada area yang bertanah kompak
dan area tergenang. Adakalanya tanah bumi cukup perlu ditumbuhi,ia tak
pilah-pilih jenis pohon yang primadona dengan kayu yang kuat dan berkelas awet
1. Tapi jenis pohon yang mampu tumbuh pada tanah bumi yang sudah miskin
kandungan hara dan tergenang.
Sruputan kopi terakhir adalah tanda
bahwa aku dan kawan-kawan harus membayar kesegaranya. Seperti pada hukum
ekonomi, bahwa segala apa yang didapatkan ada biaya imbanganya. Kami ke kasir,
dan masih sama, mbak-mbak penjaga kasir juga memanggil kami dengan sebutan yang
sama “Meja berapa bapak?” masih sama juga, mulutku tetap mengunci.
Dan pada saat kami menuju parkiran,
sebuah angkot dengan perlengkapan pengeras musik yang lengkap di dalamnya
memutar lagu dangdut waru doyong yang sudah di remix ala jedag-jedug. Entah
sebuah kebetulan atau suatu yang entah, yang jelas pada lirik lagu tersebut ada
penggalan seperti ini “waru doyong tumbuh pinggir kali”. Iya di pinggir kali,
bahkan di area penanaman di perusahaanku bekerja, ia juga tumbuh tidak hanya di
pinggir kali.
Hp
Tenggarong, Januari 2014
pakai pendekatan adaptability berarti ya pak ?
BalasHapus