Waktu itu rambutku masih di bawah pundak, di enclave Taman Nasional Gunung Halimun
Salak (TNGHS) tempatnya. Masyarakat di dalam enclave nyaris mandiri energi. Bola lampu 5 watt berbinar bukan
dari aliran listrik PLN. Tivi tabung 14 inci di balai menyiarkan liputan 6 juga
bukan dari kabel yang disambung oleh PLN. Deras aliran air dari sumber gunung
halimun tidak dibiarkan mengalir saja. Selain untuk kebutuhan dapur dan MCK,
air itu digunakan untuk memutar baling-baling turbin yang merubahnya menjadi energi
listrik. Memang belum mampu nonton sinetron tivi pada setiap rumah, tapi mereka
mampu melihat senyum anak-anak pada malam hari lewat binar bola lampu 5 watt
yang menggantung di blandar rumah.
Air adalah material alam yang dibutuhkan setiap
makluk di bumi. Tak hanya yang mempunyai ginjal, proses mineralisasi batuan
juga sangat dipengaruhi air. Bahkan seperti listrik yang dimanfaatkan di
masyarakat enclave TNGHS juga menggantungkan air sebagai pemicu gerak untuk
baling-baling turbin.
Air adalah sumber kehidupan. Siapa yang akan
menyanggah adagium itu? Rumit bagi siapapun yang akan menolaknya. Kenyataan
menunjukan, setiap hari tubuh kita butuh asupan air minum minimal 2 liter. Seenggaknya
hal itu yang sangat mudah untuk mengakui urgensi dari keberadaan air. Bahkan
amoeba yang hanya memiliki satu sel pun juga memerlukan air untuk proses
membelah diri. Kemarau yang defisit air dan musim hujan yang menyebabkan air
setinggi dada orang dewasa di gang kelurahan ibu kota menunjukan keberadaan air
kini yang sudah tidak seimbang. Beberapa penyebabnya adalah laju degradasi dan
deforestasi yang sangat cepat di dua dekade belakangan ini.
Urgensi keberadaan hutan sangat berpengaruh pada
siklus air. Bumi yang sebelumnya menyerahkan tanggung jawab penyimpanan air di
lumbung yang namanya hutan, kini lumbung air tersebut terus tergerus oleh pihak
yang mengatasnamakan kemajuan zaman dan modernitas. Illegal logging, illegal
mining, perumahan dan perkebunan yang tak hirau pada perbaikan ekologis sangat
mendukung pada berkurangnya dimensi lumbung air.
Bencana yang disebabkan oleh siklus air yang tak
tertangani dengan baik seperti banjir, tanah longsor bahkan kekeringan seperti
yang terjadi di daerah jawa saat musim kemarau. Bencana-bencana ini menjadi
berita utama pada setiap media massa. Dan kebanyakan air lah yang menjadi
kambing hitam dari bencana-bencana tersebut. Padahal bila kita mau mengakui
bahwa bencana-bencana tersebut adalah karena ulah pengelolaan lingkungan yang
hanya sekedar sebegai pelengkap administrasi untuk memuluskan upaya eksploitasi
sumberdaya alam yang berlebihan.
Kembali lagi ke saat rambutku masih di bawah pundak
dan pas berada di enclave gunung halimun. Melihat upaya masyarakat hutan adalah
mengingat dimana kemandirian energy sebenarnya bisa digapai oleh Indonesia
raya. Sumber daya air yang berlimpah di negeri ini bisa menggantikan pelita
lawas yang sudah aus. Air saat
digunakan dengan baik maka akan menghemat energy dan bahkan menghasilkan
energy.
Air memang sangat erat hubunganya dengan energy,
maka dari itu di tahun ini, tahun 2014, peringatan hari air sedunia atau world water day bertemakan water and energy. World water day merupakan bentuk kampanye untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat internasional akan pentingnya air. World water day mulai ada sejak tahun 1993 yang di inisiasi oleh
PBB. Dan sampai tahun ini setiap tahunya selalu diadakan peringatan demi
pengelolaan air yang lestari.
Saat ini, tahun ini yang rambutku sudah di atas
pundak bahkan nyaris tak menyentuh daun kuping, masyarakat dunia menyerukan
bahwa air sangat erat hubunganya dengan energy. Hampir semua sumber energy
membutuhkan air untuk prosesnya bahkan air juga dapat menjadi bahan utama untuk
menghasilkan energy seperti saat rambutku masih di bawah pundak saat berada di
enclave Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Hp
Tenggarong,
Maret 2014
Loh, pak hariadi???
BalasHapus