Senin, 25 Maret 2013

Komplikasi


Pernahkah kamu merasa kangen setengah mati? Pasti pernah dong. Namanya juga manusia, punya selera dan kasih sayang pada sesuatu.

Sore ini, entah apa penyebab dari segala semua yang ujug-ujug saya pingin banget berada di depan pangung konser music rock. Seperti masih pake baju putih abu-abu. Power metal, God bless atau Slank yang saat itu pernah membuat saya lupa segalanya dan ingin terus teriak pada lirik-lirik spiritual mereka. Menyanyikan lagu mereka berhadapan dengan penyanyinya adalah sebuah ibadah tersendiri. Seperti ada syarat dan rukunya. Tak kalah lah sama rukun solat magrib. Kaos oblong, celana jins dan sepatu ket. Tak usah ngantongin dompet, dalam konser rawan akan tangan geratilnya para copet. Toh buat apa juga harus bawa dompet, di masa itu saya belum paham akan pentingnya bawa KTP, ATM belum punya, uang juga sudah kritis mampus untuk beli tiket dan gudang garam international sebungkus. Cukup limaribu rupiah yang masih terkantong dalam saku jins sebelah kanan. Jaga-jaga untuk ngopi setelah pulang dari jingkrak-jingkrak di depan rockstar.

Menjelang magrib, saya buka folder musik dalam leptop. Dan, saya putarlah lagu-lagu rock 90an dan awal 2000. Semut hitamnya Godbless, FTE of TM nya Gigi dan Petani milik Slank. Saya tutup rapat kamar dan jendela, dan seperti karaoke-karaoke di luar sana. hhaha….. taaarik maaang.

Makin tak terkontrol suara saya, dan tok tok tok….. suara orang ketuk pintu dari luar. Saya mute sound dari mulut dan mengecilkan volume subwoover spiker di kamar. Ternyata tetangga kamar, “waktunya sholat, mohon dikecilin volumenya ya” tegur tetangga, “oh siap pak, udah selesai kok sesi karaokenya” tukas saya. Hhahaha…. Sebuah kemungkinan besar tetangga tersebut menyangka saya lagi stress, ya lagian nyanyi-nyanyi pas pada waktu ibadah. Tapi ga apa, setidaknya buat pengobat rindu dengan panggung besar plus dengan rockstar favorit saya.

Tentang selera music, dari SD sampai SMA awal, music rock di Indonesia masih menjadi favorit kebanyakan  remaja seumuran saya. Walaupun sedikit juga kalau disensus siswa di sekolah yang seselera dengan saya. Koleksi kaset (dulu masih tren dengan kaset pita, compact disc masih terlalu mahal bahkan pas SD malah belum kenal) dari Boomerang, Godbless, Jamrud, Gigi, Power metal, dan kompilasi rock barat seperti Metalica, Queen, Halloween dan lain sebagainya terpampang rapi di salah satu ruang lemari bifet rumah saya.

Masuk kuliah, asupan musik saya agak berbeda. Ritme music sedikit lebih aluss menjadi sarapan sehari-hari. Musik indie pun yang berlabel dengan genre Jazz mulai mengakrab telinga saya. Dewa Budjana, Krakatau, Tohpati, Shandy sandoro, Endah N Resha dan lain sebagainya mulai memenuhi folder music dalam laptop. Beberapa kali konser jazz di Jakarta saya pun datang untuk memenuhi kepuasan menikmati music. Konser bertajuk Jazz Buzz di Theatre Salihara Pasar Minggu menampilkan Dewa Budjana, Tohpati dan musisi dari luar negeri lainya. Konser ini berjalan selama satu bulan. Dengan setiap minggu bergantian dengan menampilkan konser tunggal dari musisi-musisi yang sudah saya sebut.

Itulah tentang selera saya menikmati bermusik. Dan omong-omong tentang sore ini, saya manjakan diri dengan konser  Rock tunggal di kamar yang pada akhirnya kena tegur sama tetangga, adalah karena saya juga kangen pada seseorang. Bunga kamboja, yang membuat akut kangen saya, dan menular pada kangen-kangen lainya. Seperti pada kangen saya pada music rock. Kangenya jadi komplikasi. Kangen pada panggung rockstar, dan kangen pada kamu. Kangen pada panggung rockstar sudah sedikit terobati, yo wes lah sekarang saatnya mencari penawar rindu pada bunga kamboja. Telepon mana telepon??

-hp-
Kutai Kartanegara, 24 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar