Selasa, 15 Januari 2013

Sahabat


Diam malam yang setia hadir disamping ku selalu memberikan cerita tersendiri untuk ku. Cerita tentang Januari yang tak henti-henti memberikan hujan di kota ini, cerita akan semangat sang matahari memberiakan energy panas di bulan Agustus, cerita tentang sorak-sorai aktivis kehutanan akan kecintaanya kepada alam raya, dan curhatan hati akan kemana lentera asa ini termanifestasikan. Dan masih ada satu cerita lagi, yaitu cerita tentang harum aroma persahabatan kelas Silvikultur 44. Cerita terakhir ini lah yang sering menyetubuhi alun fikir ini, karena cerita ini yang sangat intim dengan ku.


Persahabatan memang tak mudah terbangun. Tapi di kami sudah terlanjur berdiri kokoh terbangun oleh keseharian kami yang selalu memberikan arti tersendiri. canda, galau, tangis, bahagia dan terbahak-bahak yang berlebih adalah pelangi dalam atmosfer rasa persahabatan kami. Masih ingatkah sahabat-sahabatku dengan shelter awal kita yang ada di Darmaga Regency (red. Kosan si c4em)? Shelter atau tempat berkumpul kita untuk mengutarakan jati diri dan latar belakang kita. Mulai dari sanalah waktu itu kita sama-sama mengalirkan air mata yang menjadi mata air persahabatan kita. Mata air yang tak pernah kering walau kini telah jarang hujan karena memang iklim sudah tak menentu atau persahabatan kita yang tak pernah surut karena jalinan kasih kita yang terlalu rapat membungkus hubungan ini.

Salah satu dari berjuta ceria yang tak pernah terlupa. Itu adalah habitual kita mencincang teman yang sedang bahagia dengan tanggal lahirnya. Menali tangan dan tubuh di pohon, telur ceplok disana-sini, lulur tepung juga jadi, adonan Nutrisari kadaluarsa dicampur kecap dan bekas air sabun juga menjadi andalan untuk  menambah nikmat dalam “menyiksa” teman kita. Mungkin bukan menyiksa, tapi karena saking bingungnya memberikan ekspresi bahagia pada teman kita yang sedang bahagia, sehingga apapun yang ada bisa menjadi parsel ucapan selamat dan sejahtera pada hari yang begitu bahagia.

Ada juga suasana dalam kelas yang selalu ingin dinamis. Dinamis karena setiap semester ingin ganti komti. Bukan ingin ganti komti sih sebenarnya, hanya si komti saja yang ingin diganti. Entah karena alasan sudah capeklah, atau alasan sok ok dengan dalih memberikan kesempatan teman-teman yang lain untuk belajar menjadi pemimpin dan dekat dengan dosen. Tapi ada betulnya juga dalih yang ke dua ini. Dan saat momen-momen itulah teman-teman yang lain "sok-sok” juga kalau sangat membutuhkan sang komti yang budiman itu untuk terus melanjutkan kepemimpinannya. Hahaha…kenangan yang begitu lugu dan apalah namanya… semua diantara kita saling meng-ansor atau memberikan angin sorga. Supaya diskusi kelas cepat beres dan kita kembali ke tugas-tugas yang lainnya. Eko diganti dengan Izzu dan terakhir kita harus sepakat kalau di kelas kita tidak usah ada komti, cukup dengan ketua angkatan. Dan saat itu juga ada revisi nama ketua angkatan dan komti, yaitu diganti dengan “ketua kelas”. Ketua kelas adalah komti, adalah ketua angkatan juga. Dan siapa dibalik nama besar itu, tak lain dan dan tak bukan adalah Dikdik sodikin. Teman kita yang tak pernah lupa memakai kaos kaki, rajin mandi, teman kita yang selalu awal datang kuliah dan tak pernah tidur saat kuliah. Memang luar biasa teman kita satu ini, se-luar biasa juga teman-temanku yang ada dalam kelas Silvikultur 44.

Kini kesempatan seperti di atas sudah lah tak intensif seperti kala itu. Tapi tentunya teman-teman rindu dengan suasana tersebut. Rindu saling meng-ansor, rindu ceng-cengan dan rindu-rindu yang lainnya. Tapi jangan khawatir sobat. Masih ada kesempatan dalam kelas lagi di kita, yaitu saat moment seminar skripsi kita. Dan teruslah berjuang sobat, sobat-sobat yang saat ini sedang proses penelitian, sobat yang sudah mendapatkan embel-embel S. Hut di belakang namanya, sobat yang saat ini sedang PKP disebrang sana, sobat yang saat ini sedang nulis proposal penelitian atau sobat yang saat ini sedang mulai merintis usaha atau merintis pada dunia yang diminatinya. Apa yang kita minati teruslah kejar. Tak ada yang tak mungkin. Semua itu ukurannya adalah kadar upaya kita mengejar asa itu, dan tentunya atas ijin Tuhan kita. Selamat berjuang Sobat!

Dan sebagai penutup tulisan ini, ku sertakan lirik “Sahabat” by Gigi. Lebih enak lagi kalau sambil denger lagunya…hehehe 8 )

terimakasih kawan, teman baikku

kau membuatku senang, membuat ceria

sahabat paling sejati selalu
persahabatan kita kisah klasikku
tahun bulan dan hari kita lalui
sahabat paling sejati selalu

reff:

syalala aku gembira

syalala selalu tertawa
syalala aku bahagia
syalala bersama

jatuh bangun bersama selama ini

suka duka bersama selama ini

sahabat paling sejati selalu….

terimakasih  . .
-hp-

Bogor, 22 Agustus 2011




Tidak ada komentar:

Posting Komentar