Diam malam yang setia hadir
disamping ku selalu memberikan cerita tersendiri untuk ku. Cerita tentang Januari
yang tak henti-henti memberikan hujan di kota ini, cerita akan semangat sang
matahari memberiakan energy panas di bulan Agustus, cerita tentang sorak-sorai
aktivis kehutanan akan kecintaanya kepada alam raya, dan curhatan hati akan
kemana lentera asa ini termanifestasikan. Dan masih ada satu cerita lagi, yaitu
cerita tentang harum aroma persahabatan kelas Silvikultur 44. Cerita terakhir
ini lah yang sering menyetubuhi alun fikir ini, karena cerita ini yang sangat
intim dengan ku.
Persahabatan memang tak mudah
terbangun. Tapi di kami sudah terlanjur berdiri kokoh terbangun oleh keseharian
kami yang selalu memberikan arti tersendiri. canda, galau, tangis, bahagia dan
terbahak-bahak yang berlebih adalah pelangi dalam atmosfer rasa persahabatan
kami. Masih ingatkah sahabat-sahabatku dengan shelter awal kita yang ada di
Darmaga Regency (red. Kosan si c4em)? Shelter atau tempat berkumpul kita untuk
mengutarakan jati diri dan latar belakang kita. Mulai dari sanalah waktu itu
kita sama-sama mengalirkan air mata yang menjadi mata air persahabatan kita.
Mata air yang tak pernah kering walau kini telah jarang hujan karena memang
iklim sudah tak menentu atau persahabatan kita yang tak pernah surut karena
jalinan kasih kita yang terlalu rapat membungkus hubungan ini.
Salah satu dari berjuta ceria
yang tak pernah terlupa. Itu adalah habitual kita mencincang teman yang sedang
bahagia dengan tanggal lahirnya. Menali tangan dan tubuh di pohon, telur ceplok
disana-sini, lulur tepung juga jadi, adonan Nutrisari kadaluarsa dicampur kecap
dan bekas air sabun juga menjadi andalan untuk
menambah nikmat dalam “menyiksa” teman kita. Mungkin bukan menyiksa,
tapi karena saking bingungnya memberikan ekspresi bahagia pada teman kita yang
sedang bahagia, sehingga apapun yang ada bisa menjadi parsel ucapan selamat dan
sejahtera pada hari yang begitu bahagia.
Ada juga suasana dalam kelas
yang selalu ingin dinamis. Dinamis karena setiap semester ingin ganti komti.
Bukan ingin ganti komti sih sebenarnya, hanya si komti saja yang ingin diganti.
Entah karena alasan sudah capeklah, atau alasan sok ok dengan dalih memberikan
kesempatan teman-teman yang lain untuk belajar menjadi pemimpin dan dekat
dengan dosen. Tapi ada betulnya juga dalih yang ke dua ini. Dan saat
momen-momen itulah teman-teman yang lain "sok-sok” juga kalau sangat
membutuhkan sang komti yang budiman itu untuk terus melanjutkan
kepemimpinannya. Hahaha…kenangan yang begitu lugu dan apalah namanya… semua
diantara kita saling meng-ansor atau memberikan angin sorga. Supaya diskusi
kelas cepat beres dan kita kembali ke tugas-tugas yang lainnya. Eko diganti
dengan Izzu dan terakhir kita harus sepakat kalau di kelas kita tidak usah ada
komti, cukup dengan ketua angkatan. Dan saat itu juga ada revisi nama ketua
angkatan dan komti, yaitu diganti dengan “ketua kelas”. Ketua kelas adalah
komti, adalah ketua angkatan juga. Dan siapa dibalik nama besar itu, tak lain
dan dan tak bukan adalah Dikdik sodikin. Teman kita yang tak pernah lupa
memakai kaos kaki, rajin mandi, teman kita yang selalu awal datang kuliah dan
tak pernah tidur saat kuliah. Memang luar biasa teman kita satu ini, se-luar
biasa juga teman-temanku yang ada dalam kelas Silvikultur 44.
Kini kesempatan seperti di atas
sudah lah tak intensif seperti kala itu. Tapi tentunya teman-teman rindu dengan
suasana tersebut. Rindu saling meng-ansor, rindu ceng-cengan dan rindu-rindu
yang lainnya. Tapi jangan khawatir sobat. Masih ada kesempatan dalam kelas lagi
di kita, yaitu saat moment seminar skripsi kita. Dan teruslah berjuang sobat,
sobat-sobat yang saat ini sedang proses penelitian, sobat yang sudah
mendapatkan embel-embel S. Hut di belakang namanya, sobat yang saat ini sedang
PKP disebrang sana, sobat yang saat ini sedang nulis proposal penelitian atau
sobat yang saat ini sedang mulai merintis usaha atau merintis pada dunia yang
diminatinya. Apa yang kita minati teruslah kejar. Tak ada yang tak mungkin.
Semua itu ukurannya adalah kadar upaya kita mengejar asa itu, dan tentunya atas
ijin Tuhan kita. Selamat berjuang Sobat!
Dan sebagai penutup tulisan
ini, ku sertakan lirik “Sahabat” by Gigi. Lebih enak lagi kalau sambil denger
lagunya…hehehe 8 )
terimakasih kawan, teman baikku
kau membuatku senang, membuat ceria
sahabat paling sejati selalu
persahabatan kita kisah klasikku
tahun bulan dan hari kita lalui
sahabat paling sejati selalu
reff:
syalala aku gembira
syalala selalu tertawa
syalala aku bahagia
syalala bersama
jatuh bangun bersama selama ini
suka duka bersama selama ini
sahabat paling sejati selalu….
terimakasih
. .
-hp-
Bogor, 22 Agustus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar