Sabtu, 19 Januari 2013

Puntung ke-4

30 menit lewat dari pukul 12 siang. Beberapa karyawan senior maupun yang masih bau ijazah universitas, baik yang baru supervisor atau yang sudah superintendent juga manajer-karyawan kasta bawah tidak ada, maklum ini kan Negara yang sudah dikasta-kastakan, bahkan cafeteria untuk karyawan pun dipisah-pisahkan, mereka meluangkan waktu istirahat kerja di depan cafeteria perusahaan. Bagi yang on time dalam menjalankan rutinitas makan siang, pada jam segitu sudah selesai makan siang. Bagi yang workaholic kemungkinan masih berada dalam ruang kerja. Dan ada juga kloter yang pada menit dari jam segitu masih makan di cafeteria. Tiga golongan, apabila kriteria yang digunakan adalah kedisiplinan untuk makan siang.

“Pak Bob, rokokmu yang mana ?” sapa Pak Farhan keluar dari pintu cafeteria.

“Pakai rokokku saja gak papa Pak.” Sahut seorang Bapakyang masih muda tapi bukan Pak Bob. Pak Adi namanya.


Kemudian mereka dengan hangat dan akrab berbincang-bincang tentang hal rokok. Rokok pada masakini memang sudah menjadi habitual yang menurut Kemenkes RI (Kementerian Kesehatan RI) maupun IDI (Ikatan Dokter Indonesia) adalah kebiasaan yang merusak kesehatan. Setelah dulu pemerintah harus menyantumkan larangan merokok besertakan bahaya akibat merokok pada kemasan, sekarang lebih gencar lagi. Larangan merokok ditempat umum, larangan merokok, artikel tentang bahaya perokok pasif atau yang lebih serius lagi adalah MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang menerbitkan fatwa haram merokok.

Artikel, berita dan sampai fatwa dilarang merokok tidak membuat kecil hati para pelaku bisnis rokok. Pelaku bisnis malah semakin kreatif, kalau kita lihat di teve berbagai merek dan berbagai varian rokok semakin membanjiri jeda iklan. Ada yang mengandalkan cengkeh, aroma saus, menthol, double filter bahkan ada yang terinspirasi pada model wanita, yaitu langsing bentuknya seperti pinggang sang model.

Untuk mengimbangi larangan-larangan tak hanya itu, pada tahun 2012 diadakan konfrensi tembako dunia di Bali. Ditambah lagi artikel ilmiah yang memaparkan dampak positif merokok. Belum lagi wacana di warung kopi pinggiran kampus yang apabila rokok dilarang gimana nasib para petani tembako. Wow sungguh kompleks dan membuat bingung. Seakan-akan ada dua kutub yang saling menguatkan daya tarik ke publik, untuk membuat tak hanya isu tapi bukti empirik yang menyatakan dari kedua kutub adalah baik.

Tapi yang dibicarakan oleh para karyawan siang itu bukanlah tentang konspirasi besar tembako dan anti tembako. Mereka bukan aktivis LSM atau kader muda partai politik, mereka adalah karyawan perusahaan swasta, akan sangat mubadir apabila membicarakan hal-hal semacam itu. Mereka lebih suka berbicara tentang “samsu” itu aroma cengkehnya sangat matang. Atau “super” itu rasa sausnya lebih enak dari “surya” dan juga sebaliknya. Tentang konspirasi, politik praktis, serta kebijakan-kebijakan internasional adalah bukan menjadi suatu yang perlu dibahas oleh mereka. Bagi mereka-para karyawan- yang menjadi penting dan asyik adalah target bulanan dapat tercapai dan pada akhir bulan mendapatkan sms dari salah satu bank sebagai tanda gaji bulanan telah ditransfet ke rekening.

Bagiku, bersyukurlah bagi siapapun di dunia ini yang sampai hari ini tidak merokok dan orang lebih beruntung lagi adalah orang yang dulunya merokok tapi saat ini sudah berhenti. Berhenti bukan karena himpitan uang sekolah anak dan harga bbm yang semakin nanjak. Berhenti yang murni karena kesadaran dia harus berhenti. Berhenti saat dia merasa jika tidak merokok dia lebih produktif dan bermanfaat bagi yang lainya. Bagi perokok atau maniak rokok sampai pada hari ini, lebih berhati-hatilah dan santun saat merokok. Kalau menurut IDI rokok itu berbahaya untuk kesehatan, janganlah rokokmu itu menambah kerugian kesehatan untuk orang lain. Hormatilah orang yang tidak merokok di sampingmu. Hormati juga lingkungan di sekelilingmu. Jika rokok berakibat pada menurunnya kesehatan paru-paru, janganlah lagi menambah menurunnya keindahan lingkungan sekitarmu karena puntung rokok yang dibuang tidak pada tempatnya. Perokok juga bisa santun dan tidak merusak pemandangan sekitar.

Dan pada putung ke empat sampoerna putih, tulisan ini ku selesaikan.

-hp-

                                                      Kutai Kartanegara, Januari 2013.

9 komentar:

  1. Merokok itu menurutku boleh" saja, tetapi tahu aturannya... Jangan seenak "udele" dewe. Harus melihat situasi & kondisi. Yang penting jangan sampai merusak kepentingan orang lain aja... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yups,,,memang harus hati-hati Pak.hhihi 8)

      Hapus
  2. Berhentilah merokok demi kesehatan anda...
    Anda tak rugi ko' berhenti
    Malah untung, bisa berhemat dan sehat
    Kalau susah langsung berhenti:
    Mulai dengan mengurangi sedikit demi sedikit
    Baca" aja artikel tentang bahaya merokok
    Insyaallah... & yang paling utama adalah "Niat" dalam hati secara sungguh" untuk berhenti merokok

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mas, niat sungguh-sungguh itu memang kayak susu murni. hhihi

      Hapus
  3. Semangat menulis!

    salam:)

    monggo berkunjung:
    http://novriyanti07.alumni.ipb.ac.id
    http://kompasiana.com/novriyanti

    BalasHapus
    Balasan
    1. yups...tulisan jeng novri KEREN!
      Lingkunganis-consevationist #thumbup

      Hapus
  4. semoga bisa jadi orang beruntung seperti yang mas deskripsikan di paragraf akhir

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah sadar...

    BalasHapus