30 menit lewat dari pukul 12 siang. Beberapa
karyawan senior maupun yang masih bau ijazah universitas, baik yang baru
supervisor atau yang sudah superintendent juga manajer-karyawan kasta bawah
tidak ada, maklum ini kan Negara yang sudah dikasta-kastakan, bahkan cafeteria
untuk karyawan pun dipisah-pisahkan, mereka meluangkan waktu istirahat kerja di
depan cafeteria perusahaan. Bagi yang on
time dalam menjalankan rutinitas makan siang, pada jam segitu sudah selesai
makan siang. Bagi yang workaholic kemungkinan
masih berada dalam ruang kerja. Dan ada juga kloter yang pada menit dari jam
segitu masih makan di cafeteria. Tiga golongan, apabila kriteria yang digunakan
adalah kedisiplinan untuk makan siang.
“Pak Bob, rokokmu yang mana ?” sapa Pak Farhan keluar
dari pintu cafeteria.
“Pakai rokokku saja gak papa Pak.” Sahut seorang
Bapakyang masih muda tapi bukan Pak Bob. Pak Adi namanya.
Kemudian mereka dengan hangat dan akrab
berbincang-bincang tentang hal rokok. Rokok pada masakini memang sudah menjadi
habitual yang menurut Kemenkes RI (Kementerian Kesehatan RI) maupun IDI (Ikatan
Dokter Indonesia) adalah kebiasaan yang merusak kesehatan. Setelah dulu
pemerintah harus menyantumkan larangan merokok besertakan bahaya akibat merokok
pada kemasan, sekarang lebih gencar lagi. Larangan merokok ditempat umum,
larangan merokok, artikel tentang bahaya perokok pasif atau yang lebih serius
lagi adalah MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang menerbitkan fatwa haram merokok.
Artikel, berita dan sampai fatwa dilarang merokok tidak
membuat kecil hati para pelaku bisnis rokok. Pelaku bisnis malah semakin
kreatif, kalau kita lihat di teve berbagai merek dan berbagai varian rokok
semakin membanjiri jeda iklan. Ada yang mengandalkan cengkeh, aroma saus,
menthol, double filter bahkan ada yang terinspirasi pada model wanita, yaitu
langsing bentuknya seperti pinggang sang model.
Untuk mengimbangi larangan-larangan tak hanya itu,
pada tahun 2012 diadakan konfrensi tembako dunia di Bali. Ditambah lagi artikel
ilmiah yang memaparkan dampak positif merokok. Belum lagi wacana di warung kopi
pinggiran kampus yang apabila rokok dilarang gimana nasib para petani tembako.
Wow sungguh kompleks dan membuat bingung. Seakan-akan ada dua kutub yang saling
menguatkan daya tarik ke publik, untuk membuat tak hanya isu tapi bukti empirik
yang menyatakan dari kedua kutub adalah baik.
Tapi yang dibicarakan oleh para karyawan siang itu
bukanlah tentang konspirasi besar tembako dan anti tembako. Mereka bukan
aktivis LSM atau kader muda partai politik, mereka adalah karyawan perusahaan
swasta, akan sangat mubadir apabila membicarakan hal-hal semacam itu. Mereka
lebih suka berbicara tentang “samsu” itu aroma cengkehnya sangat matang. Atau “super”
itu rasa sausnya lebih enak dari “surya” dan juga sebaliknya. Tentang
konspirasi, politik praktis, serta kebijakan-kebijakan internasional adalah
bukan menjadi suatu yang perlu dibahas oleh mereka. Bagi mereka-para karyawan-
yang menjadi penting dan asyik adalah target bulanan dapat tercapai dan pada
akhir bulan mendapatkan sms dari salah satu bank sebagai tanda gaji bulanan
telah ditransfet ke rekening.
Bagiku, bersyukurlah bagi siapapun di dunia ini yang
sampai hari ini tidak merokok dan orang lebih beruntung lagi adalah orang yang
dulunya merokok tapi saat ini sudah berhenti. Berhenti bukan karena himpitan
uang sekolah anak dan harga bbm yang semakin nanjak. Berhenti yang murni karena
kesadaran dia harus berhenti. Berhenti saat dia merasa jika tidak merokok dia
lebih produktif dan bermanfaat bagi yang lainya. Bagi perokok atau maniak rokok
sampai pada hari ini, lebih berhati-hatilah dan santun saat merokok. Kalau
menurut IDI rokok itu berbahaya untuk kesehatan, janganlah rokokmu itu menambah
kerugian kesehatan untuk orang lain. Hormatilah orang yang tidak merokok di
sampingmu. Hormati juga lingkungan di sekelilingmu. Jika rokok berakibat pada menurunnya
kesehatan paru-paru, janganlah lagi menambah menurunnya keindahan lingkungan
sekitarmu karena puntung rokok yang dibuang tidak pada tempatnya. Perokok juga
bisa santun dan tidak merusak pemandangan sekitar.
Dan pada putung ke empat sampoerna putih, tulisan
ini ku selesaikan.
-hp-
Kutai Kartanegara, Januari 2013.
Merokok itu menurutku boleh" saja, tetapi tahu aturannya... Jangan seenak "udele" dewe. Harus melihat situasi & kondisi. Yang penting jangan sampai merusak kepentingan orang lain aja... :)
BalasHapusYups,,,memang harus hati-hati Pak.hhihi 8)
HapusBerhentilah merokok demi kesehatan anda...
BalasHapusAnda tak rugi ko' berhenti
Malah untung, bisa berhemat dan sehat
Kalau susah langsung berhenti:
Mulai dengan mengurangi sedikit demi sedikit
Baca" aja artikel tentang bahaya merokok
Insyaallah... & yang paling utama adalah "Niat" dalam hati secara sungguh" untuk berhenti merokok
betul mas, niat sungguh-sungguh itu memang kayak susu murni. hhihi
HapusSemangat menulis!
BalasHapussalam:)
monggo berkunjung:
http://novriyanti07.alumni.ipb.ac.id
http://kompasiana.com/novriyanti
yups...tulisan jeng novri KEREN!
HapusLingkunganis-consevationist #thumbup
semoga bisa jadi orang beruntung seperti yang mas deskripsikan di paragraf akhir
BalasHapusamiin dinda. berdoa selesai
Hapus^.^
Alhamdulillah sadar...
BalasHapus