Selasa, 23 April 2013

Belum berjudul


Pada jauh mata hanya bisa menebak, sambil terbelalak. Pada lama, hati ia hanya bisa bertahan. Meyakini, juga meyakinkan apa yang telah dipilih. Sudah banyak yang tahu. Saat memberi jadilah seperti matahari. Tak berharap imbalan. Tapi siapa yang tahan untuk tidak mendapat timbal balik kasih yang diberikan. Bahkan tuhan juga demikian. Makluknya yang tak patuh, apalagi setelah diberi, tuhan mengancam dengan tempat yang mengerikan, ini malah hukuman. Kejam bukan? Entah,, kenapa adagium tadi sangat berat. Tapi tuhan tak memerintah untuk seperti matahari bukan? tuhan hanya ingin kita solat. Setelah itu surga. Betul begitukah? Entah...ya sudah. 

Manusia susah untuk menjadi matahari.

Tapi tak baik manusia menyalahkan tuhan, walau sering manusia demikian. Manusia memang tak harus seperti matahari, tapi manusia bisa berusaha memberi tanpa memikirkan setelahnya. Hanya memberi. Yakin??

Pada jauh, sungguh apa yang ia sudah yakini akan susah, walau yang lainya merubah. Pada manusia yang sungguh, ia tidak memainkan hati tapi ia bermain dengan hati. Pada lama, ia tak sekedar bermain. Ia ingin bersama dengan keyakinan, juga bersama pilihan.

Sungguh.. ia hening karena sesaat tak bersamamu.

-hp-

Tenggarong, 23 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar