Tetangga samping rumah, yang depan
rumahnya ada bangunan langgar pernah mengatakan,
bahwasanya langit itu bertingkat sampai tujuh lapis.
Surga juga terdiri menjadi tujuh kelas,
ujar mereka. Memang, banyak dari disiplin ilmu yang menyatakan angka tujuh
dengan kaitan-kaitan yang unik juga menarik. Dan kamu, juga punya versi
tersendiri.
Bagimu, Tujuh adalah sesuatu yang
sungguh. Monumental, mungkin bukan sekedar itu. Tapi aku tak tahu apa tujuh
menurutmu. Yang aku ingat, kamu suka tujuh.
Bagiku tujuh adalah numerik sebelum
delapan dan setelah enam. Yang itu, semua juga tahu. Tapi apakah mereka tahu
tujuh adalah angka yang kamu mau?
Aku tahu, dan itu juga berkatmu. Kamu
berdongeng dengan tujuh yang menurutmu. Dan aku suka mendengarkan. Pada suatu
kebetulan-kebetulan. Pada tafsirmu pada kebetulan-kebetulan. Dan, yang aku
ingat kamu suka tujuh. Pada kamu, aku tahu, ada angka yang ditafsir bukan
dengan logika. Bukankah tak selamanya kita harus berlogika? Meski itu berkait
dengan angka. Apalagi tentang kebetulan-kebetulan dan perihal rasa.
Bagiku, tujuh adalah judul ketika aku
dan kamu asik bercumbu. Pada tujuh ada ruang ketika aku dan kamu bercanda pada
subjek yang tak pernah kita batas. Pada tujuh, aku dan kamu berdiskusi tentang
lagu dan kamu menyanyi untuk aku juga kamu. Di angka tujuh, pada tahun ini ada
dua angka dengan kelipatan tujuh, yang meyakinkan aku dan kamu. Pada empat
belas di pagi yang masih beku dan pada rentang dewasa yang ke dua puluh satu.
Pada empat belas, tujuh yang kamu suka
menjadi genap empat belas, katamu padaku. Dan pada dua puluh satu, aku dan kamu
bersama untuk akrab dengan jam di telpon genggam dan jarak pada daratan yang
berseberangan.
Dan saat tujuh, empat belas dan dua
puluh satu terus berlalu, aku dan kamu tetap dengan nafas pada ritme yang
seirama. Sampai kelipatan yang keberapa? Tak usah dihitung, karena ini bukan
soal kalkulus. Dan aku dan kamu telah memulai, tak perlu khawatir tentang
akhir, yang ada hanya tempat bernafas kita saja yang berpindah. Dan aku dan
kamu, masih dalam solmisasi yang harmoni. Mari kita rasa.
” kamu menggenapi tujuh menjadi empat
belas” katamu malam itu, dan malam ini, tepat dua puluh lima menit menjelang
angka dua puluh satu yang sangat penting untuk mu.
Kado kecil pada 30 april yg ke dua puluh satu, untuk-mu.
-hp-
Tenggarong,
30 April 2013
Aku ga ngerti bacanya :D
BalasHapusIntim, cuma kamu dan dia-lah yang tau ya, Mas Ro.
Selamat ulang tahun calon adik ipar :*
kadang memang begitu eka, tak harus ngerti tapi dapat merasakan. makasih eka
BalasHapus