![]() |
Bogor di sekitar Tugu Kujang |
Bogor. Itu nama kotanya. Identik dengan hujan,
angkot , Kebun raya, puncak dan apalagi ? oh iya, IPB, kampus pertanian yang di
bangun pada masa pemerintahan Bung karno.
Apa kesan kamu saat datang ke Bogor? Bagi kamu yang
pertama menginjakkan kaki ke Bogor dan lewat pintu stasiun Bogor, kemudian
kejebak macet di Merdeka, berarti kamu sedang diuji kesabaranmu. Selamat datang
di kota macet..cet..cet. Hhehe. Bagi yang hari pertama merasakan tak
henti-henti hujan menyiram kota ini, berarti jiwa kamu sedang panas kali ya (?)
makanya tuhan memberikan siraman air , nah biar adem lagi kamunya harus ke
tempat ibadat supaya dapat siraman rohani. Dan ada catatan nih, bagi yang
beribadat di hari minggu, mohon maaf, karena di rumah ibadat di daerah Yasmin
masih terus diusik oleh oknum yang galak dan ngerasa keyakinanya paling benar.
Semoga polemik tersebut segera reda, dan mereka-mereka yang beribadat dapat
menjalankan dengan khusyu.
Kebun raya? Orang yang perdana ke Bogor dan langsung
njujug kebun raya brarti ianya lagi
nuris. Kamu nggumun dengan pohon
bangkris yang besar di kebun raya? wajar, karena di hutan sana sudah tak mudah
kamu menjumpainya. Tapi ati-ati di kebun raya, di sana terdapat pohon Gluta rengas, salah kreatif tanganmu
ngorek-ngorek pohon itu, yang ada bakal melepuh tuh kulit tangan. Puncak,
puncak pas. Ditempat ini kamu bisa menikmati lampu kota berkelip kala malam hari.
Oh iya, di sana juga banyak villa. Maka jangan heran kalau Jakarta langganan
kena banjir. Hheuheu. Saat kamu turun dari terminal Baranang siang dan mengarah
ke tugu kujang, maka di deket tugu tersebut ada bangunan gaya imperial yang
cukup megah dan berparas cendikia. Itulah bangunan kampus IPB Baranang siang.
Tapi bangunan tersebut kini hanya digunakan oleh mahasiswa pasca sarjana. Untuk
mahasiswa S1 sekarang bermarkas di kampus IPB Darmaga.
Rasanya ada satu lagi hal yang sangat penting yang
ada di Bogor, tapi gimana nyampeinya ya? Ah entar dulu lah. Dari pada bingung
mending cerita yang lainya. Ingat Khunti? Iya, Dewi Khunti maksudnya. Dari
macet sampai puncak yang saat ini sudah mampet [mampet untuk air yang akan meresap
ke tanah maksudnya] kunti sudah mengalami. Dan ia juga hati-hati saat praktikum
di Kebun raya Bogor, supaya getah Gluta rengas
tak mengenai kulitnya. Sekarang iya juga tak jahil lagi untuk memetik bunga
abadi saat mendaki di Surya kencana. Hhaha,, karena dulu memang ada adagium
yang menyatakan bila cintamu pada seseorang itu abadi, nyatakanlah dengan bunga
abadi-edelweiss. Bunga edelweis jadi sempat terancam keberadaanya. Setiap
kelompok yang menyatakan “pecinta alam”, eh mereka malah rame-rame metik bunga
estetik ini. Edelweis terancam dan keberadaanya makin mencekam. Tapi itu dulu,
sekarang para pecinta alam kayaknya sudah mulai mengerti makna bunga abadi,
pecinta alam dan bagaimana bercumbu dengan alam-biarlah bunga itu abadi di
rumahnya. Walaupun, tetap, satu dua pendaki masih juga usil dengan bunga itu.
Namanya juga mahasiswa, jiwa kritisnya dapat muncul
kapanpun jua. Meskipun iya selalu setia menggunakan jasa angkot, baik yang
trayek kampus dalam, kosong dua ataupun kosong tiga tapi Khunti selalu nggrutu dengan kemacetan di Bogor.
Memang, angkot punya kontribusi dalam kemacetan di Bogor. Populasinya bak tanaman
akasia di Taman Nasional Baluran. Buanyak betul, sampe-sampe di sepanjang jalan
itu penuh dengan angkot. Kalau di daerah Jawa timur, penumpang yang nunggu
angkutan, beda dengan Bogor. Antrian angkot yang malah mengantre mencari
penumpang. Tak jarang juga tindak kriminal terjadi di angkot. Dompet kecopet,
atau saat turun angkot tau-tau hape sudah luput dari tas. Hheuheu,,, sadis
emang itu copet. Sudah tau juga mahasiswa, tetap ja dijambret. Si jambret
memang tak tau diri, ia ngga tau apa nasib mahasiswa di setiap tanggal 20 ke
atas. Nyaris sadis dah.. bisa-bisa sarapan dan makan siang di rapel. Lah , ,
malah nyurhat.
Memang keberadaan angkot sebenarnya harus mendapat
perhatian oleh pemerintah. Tak cukup bayar ongkos untuk mendapatkan trayek,
tapi juga penerapan standarisasi kenyamanan angkot juga harus dievaluasi. Bogor
adalah kota seribu angkot. Slogan yang entah dari mana itu dilahirkan, seharusnya
menjadi nilai tambah tersendiri untuk pemerintah. Dengan pengelolaan
transportasi massa yang baik dan layak untuk masyarakat akan menjadikan icon
tersendiri untuk Bogor.
Tapi yaa namanya pemerintah, entah apa yang diurus
sama mereka. Oh iya,,, mungkin mereka lagi ngurus pembagian uang pajak, atau
sibuk ngurus para istri dengan membangunkan villa-villa di puncak, sehingga
untuk urusan transportasi terbengkalai. Hheuheu. Kalau sudah begini,
masyarakatlah yang harus lebih adaptif dengan kondisi angkot di Bogor.
Kemacetan, hal ini dapat disiasati dengan brangkat lebih awal untuk menuju
kampus ataupun kantor kerja, supaya tidak telat jam masuk. Ekstra hati-hati
dalam membawa barang elektronik juga sudah siaga satu. Mitigasi dalam
mengamankan barang-barang berharga saat dalam angkot menjadi harga mati. Kita
semua ngga mau kehilangan henpon kan? Nah,,, seperti halnya dengan yang lainya,
Khunti pun begitu.
Ehh,,, kok saya jadi sok tau gini dengan Bogor yak..
Padahal nih tulisan sayanya pas lagi di Tenggarong sebrang. yo wes lah,, meskipun begitu,
dengan Bogor plus resiko-resikonya, tetap,,, Bogor itu ngangenin. Entah dengan
hujanya atau dengan kampus tercinta atau dengan…. diiiaa [pas baca ini pake
nada lagunya Maliq yang judulnya “Dia” yak, biar lebih terdramatisir,,hheuheu].
Nah!! Mungkin itu pointnya, aku rindu Dia, bunga kamboja.
![]() |
Kamboja |
-hp-
Tenggarong
Sebrang, 1 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar