Jumat, 01 Februari 2013

Twilight [bukan sinopsis]


Bagi para penikmat film roman, pasti tau atau malah tau banget film Twilight garapan Catherine Hardwicke hasil dari adaptasi dari novelnya Sthephine Meyer dengan judul yang serupa. Pada tayangan sepanjang kurang lebih 120 menit pada setiap chapter, adegan yang paling memaksa kelopak mata untuk tidak berkedip adalah selain saat-saat Edward dan Bella bercumbu adalah latar mereka bercumbu, taman rerumput di tengah-tengah belantara hutan temperate.

Yap, lelaki mana yang tak mengakui Kristen Stewart atau Bella Swan, nama dalam film, untuk bilang “kamfreet,,nyidam apa emaknya dulu waktu hamil yak?” atau wanita mana yang ga sepakat kalau Jacob itu Laki banget. Apa lagi saat telanjang dada, waow. Yah cuman kata-kata “ohmegot,,,,sunat dimana itu bapaknya dulu yak?” hhihii.. atau mungkin kalimat-kalimat yang senada dengan frase itulah.

Hutan Temperate Forks

Oh iyaa,,,menurut kawan ku Jacob lebih menarik dibanding Edward. Katanya, Jacob itu maskulin banget. Tapi yang lebih menarik lagi tentunya Bella dong, itu menurut ku…kalau menurut kamu ? aptuyu lah itu. Karena pada setiap kita memiliki selera dan pandangan yang boleh beda. Dari sifat manusia yang seperti itulah Jean Paul Sartre menyatakan “satu-satunya yang obyektif pada manusia adalah subyektivitas”.

Cantik dan fisik yang menunjukan kemaskulinan adalah bagian yang kerap ditonjolkan dalam film ini. Cantik adalah wanita, walaupun ada juga yang bukan wanita tapi ingin terlihat cantik, hhihii. Cantik yang digambarkan sebagai yoni, adalah suatu yang horizontal dan dalam. Horizontal, suatu sikap yang dimiliki untuk merangkul kepada siapapun yang ada di kanan-kirinya. Dalam adalah sifat tulus yang akan dicurahkan oleh wanita tentang cinta dan kasih, seperti kasih Maria pada pada putra Isa dan manusia di dunia.

Laki-laki itu disimbolkan oleh lingga. Lingga itu tinggi, gagah dan tegap. Sebuah tanda sifat maskulinitas untuk melindungi yang ada dibawah dan di dalamnya. Karena tinggi itu juga ber-ruang, seperti bangunan bertingkat dimana dia memberi perlindungan pada mereka yang ada di dalam bangunan. Tapi bangunan itu juga tak lepas dari resiko. Gagah dan tegap ada usianya. Usia gedung yang sudah beruban sudah tidak lagi aman untuk berlindung. Usia tak selalu dikaitkan dengan lama waktu. Tapi bagaimana bagunan itu dipelihara. Begitupun sifat maskulinitas kaum adam.

Tentang pelihara. Latar percumbuan Edward dan Bella, adalah belantara yang keberadaan alaminya terpelihara. Kita dapat menyaksikan pohon besar berdaun jarum yang sepertinya dari family Pinaceae. Pinaceae adalah family pohon dominan dalam hutan temperate. Dengan ciri visual diantaranya memiliki daun berbentuk jarum, batang lurus dan kanopi berbentuk seperti payung. Liana dan semak yang bukan terlihat dari suksesi baru. Sangat natural-senatural naturalnya natural.

Forks-wilayah dikota New York, itulah salah satu lokasi pengambilan Film tersebut. New York adalah bagian dari Negara adi daya yang menghalalkan segala cara untuk memajukan teknologi masa depan manusia. Tak hanya gadget yang berlogo apel dengan bekas gigitan kampret-anak kelelawar disebelah kanan-atas, tapi juga melakukan ekspedisi sekaligus eksplorasi planet mana yang bisa dijadikan rumah kedua setelah bumi. Amerika itulah Negara nirkabel-negara dimana penggunaan kabel sudah mulai diminimalisir dengan diganti dengan satelit atau pemancar radio- yang masih mau menjaga alam dan hutanya. Bukanya saya membanggakan amerika, lha wong dalam perjanjian perdagangan karbon yang pada awalnya busung dada untuk komitmen pelestarian hutan tropis, belakangan malah Negara tersebut yang tidak bersedia menandatangani kesepakatan bersama. Yah,,kan pada setiap kita memang punya sisi gelap, dan setidaknya dalam film yang dibintangi Kristen Stewart tersebut masih mampu menunjukan fisik hutan yang hijau.

Kalau Hutan Indonesia ? aku belum tau, kamu? aptuyu lah itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar